“Ganti rugi ya di atas rata-rata, biar bisa memiliki kembali (lahan dan rumah) dan (biaya) untuk masa depan. Kasihani kami rakyat kecil,” katanya
Tidak jauh dari rumah Ponijan, tampak Rejo (45) yang mondar mandir di kejauhan melihat para pekerja sedang menancapkan patok warna merah di sawah yang belum keluar bulir padinya.
Rejo pengumpul jerami yang kemudian dijual sebagai pakan ternak. Ia tinggal di lahan sekitar 2.000 meter persegi bersama ibunya yang renta dan saudaranya yang tidak bekerja.
Dari sosialisasi selama ini, tol akan menyita sebagian besar tanah tempat tinggalnya. “Katanya akan kena 1.200 (m2). Batasnya apakah patok merah itu ya?,” tanya Rejo.
Rejo mengaku sedih tanah warisan keluarga terkena dampak pembangunan. Tanah itu milik orangtua terdahulu dan kini ada patok di tengahnya.
“Sakjane (sebenarnya) semoga tidak kena. Lebih baik tidak punya uang daripada kehilangan aset. Soalnya, tanah warisan (terkena dampak) itu rasanya kurang enak. Ya, sekarang terpaksa,” katanya tidak berdaya.
Namun, ia tidak berniat menolak pada keadaan. Ia hanya berharap, perjalanan pembangunan lancar, ganti rugi segera terwujud, nilai ganti rugi yang cukup untuk membeli tanah sebagai tempat baru.
Selama ini, sawah menghasilkan padi untuk kehidupan sehari-hari. Sedangkan lauk dari hasil menjual jerami yang cuma Rp 20.000 per ikat.
“Yang penting semoga lancar, tidak dipersulit. Nanti uang akan dipakai untuk beli tanah lagi. Karena belum terima uang, maka ya tidak mencari. Sekarang saja, harga tanah wis duwur (tinggi). Semoga bisa turun kembali. Rakyat kecil semakin kecil,” katanya.
Pembangunan jalan Tol Solo–Yogyakarta–Kulon Progo memasuki tahap pemasangan patok di Kulon Progo.
Pematokan menyusul terbitnya izin penetapan lokasi (IPL) lewat Keputusan Gubernur DIY Nomor 378/KEP/2023 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo, Seksi Yogyakarta-Kulon Progo.
Pematokan dimulai dari wilayah Kalurahan Banguncipto, Kapanewon Sentolo. Sebanyak 18 desa terdampak pembangunan jalan tol di Kulon Progo.
Desa-desa itu terdapat di 6 kapanewon atau kecamatan, Sentolo, Nanggulan, Wates, Pengasih, Kokap dan Temon. Luas bidang tanah jalan tol di Kulon Progo mencapai 344,417 hektare.
Pematokan berlangsung pertama melalui Dusun Ploso, Banguncipto, sejak pekan lalu. Dukuh Ploso, Kardono mengungkap, pematokan di wilayahnya berlangsung lancar.
“Semua (berjalan) lancar Mas,” kata Kardono via pesan singkat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.