Durasi nge-lep atau mengaliri air di sekitar sumur warga dilakukan selama 5 sampai 7 jam. Nge-lep ini dilakukan dua hari sekali.
Baca juga: 14 Kecamatan di Ende Berstatus Awas Kekeringan, Risiko Kebakaran Hutan Meningkat
Saat akan nge-lep mesin diesel dibawa menggunakan mobil ke pinggir Sungai Progo. Kemudian setelah selesai, mesin diesel kembali dibawa pulang dengan menggunakan mobil. Sebab jika ditinggal dikhawatirkan hilang.
Meski cara nge-lep mudah, tapi proses memindahkan mesin diesel itulah yang diakui Bandrio cukup berat.
"Minim itu 5 jam. Itu kepakai untuk dua hari. Itu untuk 135 KK (Kepala Keluarga) di satu padukuhan, sebetulnya KK nya di atas 185, cuma ada yang gabungan satu meteran buat dua keluarga," ucapnya.
Bandrio menyampaikan sumur untuk PAM Dusun saat ini ada satu dan dibangun sekitar tahun 2005. Kedalam sumur sekitar 13 meter. Sedangkan jarak Sungai Progo dengan Sumur PAM Dusun sekitar 100 meter.
"Dalamnya sumur 13 meter, tapi air dari bawah ke atas cuma 5 meter. Itu juga paling minim 1 meter baru berhenti, nyedot," tandasnya.
Diakui Bandrio, untuk nge-lep ini menyebabkan adanya tambahan pengeluaran diluar perencanaan meski tidak signifikan. Sebab untuk mengoperasikan diesel memerlukan bahan bakar solar.
"Ya ada tambahan di luar perencanaan ya solar itu. Sebenarnya hemat kalau solar 15 liter bisa untuk 2 kali nge-lep. Sekali nge-lep 7,5 liter," tegasnya.
Sepengetahuanya, di sepanjang aliran Sungai Kali Progo baru di Padukuhan Sejati Desa yang melakukan nge-lep.
Baca juga: Dua Kecamatan di Flores Timur Siaga Kekeringan dan Kebakaran Hutan
"Baru di sini. Tapi belum tentu juga (daerah lain bisa menerapkan cara nge-lep) karena daerah lainnya belum tentu seperti kita pinggirannya (tanah berpasir). Ada yang (kondisi tanahnya) sulit (air meresap)," ucapnya.
Bandrio menegaskan cara nge-lep cukup untuk mengisi debit air sumur PAM dusun. Sehingga padukuhanya tidak memerlukan bantuan dropping air dari pemerintah.
"Jadi kalau kita dibantu, misalnya ada bantuan air ya sebetulnya nggak perlu karena cukup dengan itu. Yang penting kita usaha, ya usaha sebenarnya sudah sejak zaman dulu bukan baru sekarang usaha nge-lep sumur," ungkapnya.
Jika pun ada bantuan air bersih, lanjut Bandrio, bisa dialihkan ke wilayah lain yang lebih membutuhkan di musim kemarau ini.
Namun demikian, jika ada bantuan, pihaknya membutuhkan pompa baru. Sebab pompa yang digunakan saat ini sudah cukup tua.
"Bantuan (air bersih) bisa untuk daerah lainnya yang memang tidak punya solusi lain. Kalau kita ada solusi yang tidak terlalu berat, ya memang kita harus kerja tapi kan tidak seberat kalau daerah lain," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.