KOMPAS.com - Museum Monumen Pahlawan Pancasila menyimpan kisah gugurnya dua Pahlawan Revolusi di Yogyakarta pada tahun 1965.
Jasad kedua perwira TNI Angkatan Darat yaitu Brigjen (Anumerta) Katamso dan Kolonel (Anumerta) Sugiyono ditemukan di ‘lubang buaya’.
Baca juga: Siapa Dua Pahlawan Revolusi yang Gugur pada Peristiwa G30S di Yogyakarta?
Dalam tragedi berdarah Gerakan 30 September atau peristiwa G30S terjadi di Yogyakarta pada tanggal 1 Oktober 1965, atau berselang sehari dari peristiwa sejarah di Jakarta.
Tidak heran jika peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Yogyakarta setiap tahun akan dipusatkan di Lapangan Kentungan yang berada di sekitar tempat ini.
Baca juga: Melihat Lubang Buaya Yogyakarta, Lokasi Ditemukannya Jenazah 2 Pahlawan Revolusi
Monumen yang berada di dalam lingkungan Komplek TNI AD Batalyon 403, di Jalan Pandega Sakti, Kentungan, Depok, Sleman, DI Yogyakarta dahulu merupakan Markas Komando Yon L.
Baca juga: Cerita Pahlawan Revolusi Kolonel Sugiyono yang Larang Keponakannya Jadi Tentara
Aksi penculikan dan pembunuhan kedua perwira TNI AD dari Korem 072/Pamungkas dalam peristiwa G30S bermula pada tanggal 1 Oktober 1965.
Saat itu, berita tentang peristiwa G30S sudah tersebar di Jakarta dan kota-kota lain termasuk Yogyakarta.
Lewat siaran RRI pada pukul 08.00, disampaikan bahwa Dewan Revolusi Daerah Jawa Tengah telah terbentuk.
Dilansir dari Kompas.com dan laman budaya.jogjaprov.go.id, berikut adalah kronologi peristiwa yang merenggut nyawa dua Pahlawan Revolusi di Yogyakarta.
Pada hari naas tersebut, Danrem 072/Pamungkas Brigjen Katamso yang telah mendengar kabar itu segera melakukan rapat staf dan mengirim ajudannya berangkat ke Semarang untuk mencari informasi lebih lanjut.
Sementara ia sendiri berangkat ke Magelang untuk menjalani rapat penting dengan Pangdam Diponegoro, Brigjen Suryosumpeno.
Kepergian Brigjen Katamso ternyata sudah ditunggu-tunggu oleh salah satu anak buahnya, yaitu Kepala Seksi V Korem 072 Kodam VII/Diponegoro Mayor Mulyono.
Mayor Mulyono yang diduga berafiliasi dengan Komando Operasional G30S langsung melancarkan rencana untuk mengambil alih Korem 72/Pamungkas.
Mayor Mulyono berperan sebagai pemimpin dan dibantu oleh beberapa rekannya, seperti Mayor Kartawi, Mayor Daenuri, Kapten Kusdibyo, Kapten Wisnuaji, Sertu Alip Toyo, Peltu Sumardi, Pelda Kamil, Praka Anggara, Praka Sudarto, dan Praka Sugimin.
Sekitar pukul 14.00 WIB, Brigjen Katamso yang sudah kembali ke Yogyakarta tidak menyadari bahwa Korem 72/Pamungkas sudah diambil alih oleh Mulyono dan anak buahnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.