Setidaknya tujuh orang yang diduga melakukan provokasi terhadap aksi ini ditangkap, sementara satu mahasiswa dari Fakultas MIPA Universitas Sanata Dharma bernama Moses Gatutkaca menjadi korban tewas.
Moses Gatutkaca yang merupakan mahasiswa kalahiran Banjarmasin ditemukan tergeletak di sekitar Posko PMI di Sanata Dharma.
Nyawanya kemudian tidak tertolong dan meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Panti Rapih.
Menurut dokter Sudomo Jatmiko SPB dari UGD RS Panti Rapih, Moses Gatutkaca mengalami perdarahan telinga akibat benda tumpul.
Sementara diungkap Silverio R.L Aji Sampurno, Moses Gatutkaca sebenarnya bukanlah peserta dalam aksi demonstrasi di Jalan Gejayan. Saat itu ia hanya ingin mencari makan.
"Mozes tidak ikut aksi demo. Dia waktu itu hanya ingin mencari makan. Salah sasaran," ujarnya.
Ia juga menuturkan bahwa Mozes Moses Gatutkaca diduga menjadi korban aksi aparat keamanan di daerah sekitar perempatan sisi timur jalan yang saat ini menjadi Jalan Moses Gatotkaca.
"Dipukuli di situ, ditemukan di sekitar situ juga," ungkapnya.
Pasca kejadian tersebut, Nama Mozes Gatotkaca lantas diabadikan menjadi nama jalan yang berada di selatan Universitas Sanata Dharma (USD) Mrican.
Silverio R.L Aji Sampurno mengungkapkan adanya acara doa bersama lintas iman pada saat peresmian nama Mozes Gatotkaca menjadi nama jalan.
"Nama jalan itu mulai 20 Mei 1998. Seingat saya Romo Mangun (Y.B Mangunwijaya) ada disitu memimpin doa bersama lintas iman," ucapnya.
Hadir di lokasi saat itu ada dari para mahasiswa, warga sekitar hingga keluarga Mozes Gatutkaca.
Kakak kandung Mozes Gatutkaca, Tinny mengungkapkan bahwa keluarganya memang menerima undangan saat nama adiknya diabadikan menjadi nama jalan.
Namun ia mengatakan bahwa yang datang saat itu hanya suami dan satu anaknya.
"Kita resmi diundang, tapi saya tidak hadir. Bapaknya (suami) yang hadir sama anak saya yang mbarep (anak tertua), hadir sampai selesai," tutur kakak kandung Mozes Gatutkaca.
Walau begitu, Tragedi Gejayan masih membekas hingga kini. Tak pelak beberapa gerakan mahasiswa seperti aksi Gejayan Kelabu dan Gejayan Memanggil dilakukan di tempat ini.
Sumber:
kompas.com
regional.kompas.com
yogyakarta.kompas.com
(Penulis : Verelladevanka Adryamarthanino, Aswab Nanda Prattama, Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma, Editor : Widya Lestari Ningsih Penulis, Bayu Galih, Dita Angga Rusiana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.