Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Detik-detik Hilangnya Mahasiswa Korban Mutilasi di Sleman, Teman Redho: Dia Terlihat Terburu-buru

Kompas.com, 18 Juli 2023, 15:03 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Redho Tri Agustian (20), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), diduga menjadi korban mutilasi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Korban merupakan warga Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung. Selama berkuliah, Redho tinggal di sebuah tempat kos di Tamantirto, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY.

Pada Selasa (11/7/2023), atau satu hari sebelum potongan tubuh korban ditemukan di kawasan Jembatan Kelor, Bangunkerto, Kapanewon Turi, Sleman, teman kos Redho, Apriansyah Awahab, sempat berjumpa korban.

Perjumpaan pada Selasa dini hari tersebut terjadi di warung makan tak jauh dari kosnya.

Baca juga: Redho Tri Agustian yang Hilang Diduga Jadi Korban Mutilasi, Ini Kata Teman Kos

Menurut Apriansyah, kala itu Redho membungkus makanan dan terlihat terburu-buru.

"Saya enggak lihat (Redho pulang kos), dia selesai lebih dulu pesanannya. Sempat saya ajak pulang ke kos bareng, tapi terlihat buru-buru," ujarnya, Senin (17/7/2023).

Apriansyah tak mengetahui ke mana Redho pergi. Ia juga tidak tahu Redho pergi menggunakan apa. Pasalnya, sepeda motor Redho masih berada di kos.

Teman-teman kos kemudian coba menghubungi Redho.

"Katanya teman-teman sempat menghubungi, tapi dihubungi sebentar centang 2, terus dihubungi lagi sudah enggak bisa lagi, sudah centang 1," ucapnya.

Baca juga: Teka-teki Mutilasi Mahasiswa UMY dan Motif yang Belum Terungkap

Korban mutilasi Sleman sempat dilaporkan hilang


Lantaran Redho tak diketahui keberadaannya, keluarganya di Yogyakarta lantas membuat laporan orang hilang ke Kepolisian Sektor (Polsek) Kasihan pada Kamis (13/7/2023).

"Polsek Kasihan menerima laporan orang hilang atas nama Redho Tri Agustian yang kos di Tamantirto, Kasihan, Bantul, pada Kamis 13 Juli 2023 lalu sekitar pukul 12.30 WIB," ungkap Kepala Seksi (Kasi) Humas Kepolisian Resor (Polres) Bantul Iptu I Nengah Jeffry Prana Widnyana, Minggu (16/7/2023).

Baca juga: Pemutilasi Mahasiswa UMY Asal Babel di Sleman Diduga Kenal dengan Korbannya

Dekan Fakultas Hukum UMY Iwan Satriawan mengatakan, potongan tubuh yang ditemukan di Turi 60 persen cocok dengan Redho.

"Petunjuk polisi yang walaupun belum 100 persen baru 60 persen itu aksesoris pakaian atau jaketnya, di luar itu kita tidak bisa pastikan memang, bagian tubuhnya sebagian sudah rusak," tuturnya.

Iwan menambahkan, keluarga korban sudah mengonfirmasi jaket itu milik Redho.

Berdasarkan rekaman CCTV di tempat kos korban, Redho saat pergi terlihat mengenakan celana pendek berwarna hitam dan hoodie (jaket) berwarna hijau. Ia tampak membawa telepon seluler beserta pengecasnya.

Baca juga: Korban Mutilasi di Sleman Diduga Dieksekusi Pelaku di Kamar Kos

2 pelaku mutilasi Sleman ditangkap

Polisi berhasil menangkap dua terduga pelaku terkait penemuan potongan tubuh manusia di area Jambatan Kelor, Turi, Kabupaten Sleman. Dua terduga pelaku tersebut yakni berinisial RD dan W . Keduanya dihadirkan dalam jumpa pers di Mapolda DIY.KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Polisi berhasil menangkap dua terduga pelaku terkait penemuan potongan tubuh manusia di area Jambatan Kelor, Turi, Kabupaten Sleman. Dua terduga pelaku tersebut yakni berinisial RD dan W . Keduanya dihadirkan dalam jumpa pers di Mapolda DIY.

Dua pelaku mutilasi di Sleman berinisial W dan RD.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) DIY Kombes Pol FX Endriadi menuturkan, korban dan pelaku diduga saling kenal.

"Jadi antara pelaku korban ini mengenal," jelasnya dalam jumpa pers di Markas Polda DIY, Minggu (16/7/2023).

Endriadi mengungkapkan, korban diduga dieksekusi di kamar kos salah satu pelaku di Triharjo, Sleman.

"Sementara kita dapatkan informasi di TKP di kos-kosan," bebernya.

Mengenai waktu terjadinya mutilasi, Endriadi menerangkan bahwa polisi masih melakukan pendalaman.

Di samping itu, Endriadi menjelaskan, polisi masih memeriksa kedua pelaku mutilasi di Sleman secara intensif, terutama untuk menguak motif pelaku.

Baca juga: Jejak Terakhir Mahasiswa Korban Mutilasi di Sleman, Redho Sempat Komunikasi dengan Sang Ibu Sebelum Hilang

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo; Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Khairina, Robertus Belarminus, Teuku Muhammad Valdy Arief, Michael Hangga Wismabrata)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau