Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembelih Ternak Terkena Antraks, Pakar UGM: Itu Kesalahan Fatal

Kompas.com - 11/07/2023, 14:58 WIB
Wijaya Kusuma,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kasus antaks kembali mencuat di Kabupaten Gunungkidul. Bahkan ada satu orang warga meninggal dunia terkonfirmasi antraks.

Pakar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni mengatakan, hewan yang terkena antraks "hukumnya" tidak boleh disembelih.

"Hewan yang mati atau didiaknosa antraks tidak boleh dibuka. Jadi kalau ada kasus antraks disebelih, itu kesalahan fatal," ujar Prof Wahyuni dalam jumpa pers, Jumat (7/7/2023).

Baca juga: Penderita Antraks di Gunungkidul Mulai Membaik, Luka Mulai Mengering

Wahyuni menjelaskan antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yakni Bacillus Anthracis. Bakteri ini sebagian besar ada di darah ketika bersarang di tubuh hewan.

Sehingga ketika hewan terkena antraks dan disembelih akan mengeluarkan darah. Otomatis darah juga turut mengeluarkan bakteri dan kemudian akan terbentuk spora.

"Bakteri yang ada di darah tidak pernah membentuk spora. Terbentuk spora kalau darah itu keluar dari tubuh si hewan kemudian berinteraksi dengan udara, akan terbentuk spora, yang menjadi momok. Karena yang menjadi masalah itu spora antraks ini," tegasnya.

Antraks, lanjut Prof. Wahyuni, adalah penyakit yang tidak mudah untuk ditangani. Hal ini karena bakteri Bacillus Anthracis sebagai penyebab antraks menghasilkan spora untuk mempertahankan dirinya.

Spora antraks inilah yang menurut Prof Wahyuni sulit ditangani dan menjadi permasalahan. Sebab spora antraks ini tahan di tanah sampai puluhan tahun.

"Yang menjadi masalah spora tahan bertahun-tahun dan spora begitu kecilnya, kalau kejadian di atas gunung bisa ke bawah ikut aliran air," urainya.

Baca juga: Tidak Berlakukan KLB Antraks dan Sanksi Brandu, Bupati Gunungkidul Pilih Edukasi Warga

Ketika spora tidak mendapatkan tempat untuk hidup dan berkembang biak, maka akan tetap berada di tanah sampai puluhan tahun.

Hewan dapat terkena antraks ketika memakan rumput yang terdapat spora tersebut. Begitu masuk ke jaringan tubuh, maka akan berkembang biak dengan membelah cepat menjadi sel vegetatif.

Sehingga hewan yang memakan spora tersebut ada yang mengalami gejala klinis mulai dari perakut, akut dan kronis. Semua itu, tergantung dari kondisi hewan saat itu.

Jika kondisi hewan tidak bagus, spora akan masuk ke jaringan tubuh dan membelah diri dengan cepat yang mengakibatkan sampai terjadi kematian.

"Pada sapi yang perakut kejadianya cepat sekali kadang tidak menunjukan gejala. Jadi sapi sehat dalam kondisi sedang makan tiba-tiba dalam 7 menit bisa jatuh dan mati," tegasnya.

Hewan yang dapat terkena antraks pada umumnya adalah herbivora mulai dari sapi, kambing, domba, kerbau dan kuda. Bahkan pernah dilaporkan rusa yang terkena antraks.

Baca juga: Sosiolog UGM soal Memotong dan Membagikan Daging Sapi Terpapar Antraks di Gunungkidul

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Yogyakarta
 Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Yogyakarta
Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Yogyakarta
Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Yogyakarta
Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Yogyakarta
Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Yogyakarta
Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Yogyakarta
Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Yogyakarta
Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com