Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog UGM soal Memotong dan Membagikan Daging Sapi Terpapar Antraks di Gunungkidul

Kompas.com - 11/07/2023, 12:02 WIB
Wijaya Kusuma,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kasus antraks kembali mencuat di Kabupaten Gunungkidul, tepatnya di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, DI Yogyakarta.

Hingga 6 Juli 2023 ada satu warga yang meninggal dunia terkonfirmasi antraks. Kemudian suspek antraks sebanyak 87 orang.

Kasus disinyalir dari adanya tradisi brandu atau porak di Gunungkidul. Tradisi tersebut sering terjadi ketika ada hewan ternak yang sakit maupun sudah mati kemudian dipotong, dan dagingnya dibagikan atau dijual murah.

Baca juga: Cegah Tradisi Brandu, Pemkab Gunungkidul Usulkan Adanya Kompensasi Pembelian Ternak Antraks

Warga kemudian membeli daging tersebut untuk membantu mengurangi kerugian pemilik ternak.

Dari kejadian tersebut, Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Derajat Sulistyo Widhyarto melihat adanya pengaruh dimensi kultural. Dari peristiwa ini, tampak masyarakat lebih memperhatikan dimensi kultural dibandingan sisi kesehatan.

"Ada dimensi kultural, mereka mengabaikan konsep kesehatan. Jadi mereka lebih memperhatikan dimensi kultural," ujar Derajat Sulistyo Widhyarto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (6/7/2023).

Dimensi kultural tersebut membuat masyarakat kurang peka terhadap risiko atau dampak mengonsumsi daging hewan ternak terpapar antraks bagi kesehatan. Di sisi lain, keyakinan sosial yang ada di masyarakat tersebut tidak terbentuk atas dasar pengetahuan.

"Dimensi kulturalnya kalau kita makan daging sapi itu enggak masalah, antraks itu kan seolah-olah semacam penyakitnya sapi tapi tidak menular ke manusia. Itu kan keyakinan-keyakinan sosial, keyakinan-keyakinan masyarakat yang tidak terbentuk oleh pengetahuan," ucapnya.

Dari situ, Derajat melihat adanya permasalahan-permasalahan kultural. Kemudian, permasalahan pengetahuan dan permasalahan sosialisasi.

Baca juga: Memori saat Ibukota Terserang Antraks Puluhan Tahun Silam...

"Ini kan ada problem-problem kultural, sehingga kemudian orang berfikir untung dan rugi. Dari pada mati terbengkalai, lebih baik dimakan kan gitu. Padahal mereka sedang mengabaikan pengetahuan kesehatan," urainya.

Kasus ternak sakit atau mati terpapar antraks dan dagingnya disembelih untuk dikonsumsi, bukan yang pertama di Kabupaten Gunungkidul. Peristiwa serupa sudah beberapa kali terjadi.

Derajat mengungkapkan, meminta masyarakat agar tidak melakukan tradisi brandu atau porak bukan hal yang mudah. Sebab brandu atau porak sudah menjadi kultur di masyarakat.

"Selama itu dilakukan turun-temurun, selama keyakinan itu muncul dan dipandang sebagai kultur, ya akan terus ada," tuturnya.

Baca juga: Apakah Antraks Bisa Disembuhkan?

Sapi bagi masyarakat merupakan aset ekonomi. Sehingga sapi dipelihara dengan penuh perhatian oleh pemiliknya.

"Ketika dia (sapi) mati padahal dia mengandung antraks, tetap saja dia (pemilik) merasa dekat dengan sapinya dan pantas untuk dikonsumsi. Nah itu lho, gawatnya kultural itu, itunya," urainya.

Edukasi dan sosialiasi di masyarakat lanjut Derajat tidaklah cukup dalam upaya mencegah hal serupa terjadi kembali. Menurut Derajat perlu ada tindakan tegas.

Hewan ternak yang mati karena antraks tidak dikuburkan, tetapi harus dimusnahkan. "Jadi sudah bukan lagi dikubur, tapi dimusnahkan. Iya agar tidak bisa diambil lagi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Melihat Ratusan Mobil Kuno di Magelang, dari VW sampai Buick Riviera

Melihat Ratusan Mobil Kuno di Magelang, dari VW sampai Buick Riviera

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Libur Panjang, Jip Wisata Lava Tour Merapi Diserbu Wisatawan

Libur Panjang, Jip Wisata Lava Tour Merapi Diserbu Wisatawan

Yogyakarta
BPBD Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Bangun Rumah Tahan Gempa

BPBD Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Bangun Rumah Tahan Gempa

Yogyakarta
Sopir Ngantuk Berat, Mobil Muatan Beras Terjun ke Sungai Kulon Progo

Sopir Ngantuk Berat, Mobil Muatan Beras Terjun ke Sungai Kulon Progo

Yogyakarta
Perahu Dihantam Ombak, Nelayan di Gunungkidul Terombang-ambing di Lautan

Perahu Dihantam Ombak, Nelayan di Gunungkidul Terombang-ambing di Lautan

Yogyakarta
Libur Panjang, Persewaan iPhone di Gunungkidul Laris Diburu Anak Muda

Libur Panjang, Persewaan iPhone di Gunungkidul Laris Diburu Anak Muda

Yogyakarta
Sampah Diduga dari Luar Gunungkidul Dibuang Sembarangan di Tengah Hutan

Sampah Diduga dari Luar Gunungkidul Dibuang Sembarangan di Tengah Hutan

Yogyakarta
Wakil Bupati dan Eks Sekda Sleman Berebut Tiket Pilkada dari PDI-P

Wakil Bupati dan Eks Sekda Sleman Berebut Tiket Pilkada dari PDI-P

Yogyakarta
5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

Yogyakarta
Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Yogyakarta
Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com