Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Sapi Dilaporkan Mati di Gunungkidul, DPKH: Tidak Semua karena Antraks

Kompas.com - 09/07/2023, 19:51 WIB
Muhamad Syahrial

Editor

KOMPAS.com - Seekor sapi dilaporkan mati di wilayah Pedukuhan Pucangsari, Kalurahan Candirejo, Kapenowan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Jumat (6/7/2023).

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Retno Widyastuti pun tak membantah adanya kabar tersebut.

"Tapi tidak semua ternak yang mati karena antraks," kata Retno, dikutip dari TribunJogja.com, Minggu (9/7/2023).

Retno mengatakan, tempat sapi itu mati berjarak 10 km dengan Padukuhan Jati yang kini menjadi zona merah antraks.

Baca juga: Kasus Antraks di Gunungkidul, Jabar Perketat Pengawasan

Sebelum mati, dia menjelaskan, sapi itu memang diketahui dalam kondisi sakit dan sempat menerima dua kali suntikan dari petugas kesehatan hewan (keswan).

"Sampelnya tetap kami ambil untuk pemeriksaan lebih lanjut," ujar Retno.

Retno menyampaikan, kini sapi yang mati itu pun telah dikubur dengan pengawasan ketat dari tim DPKH Gunungkidul didampingi tim Puskeswan setempat.

Saat ini, menurut Retno, pihaknya sedang menunggu hasil uji tanah di sekitar lokasi yang dilakukan di laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Yogyakarta.

Jika positif antraks, dia menambahkan, lokasi pengambilan sampel tanah tersebut akan disiram dengan cairan formalin, sedangkan bila negatif, akan dilakukan penyemenan di tempat tersebut.

Baca juga: Antraks Merebak di Gunungkidul, 3 Orang Meninggal dengan Riwayat Menyembelih Sapi yang Sudah Mati

"Pemeriksaan akan terus kami lakukan sampai tanahnya negatif spora antraks," ucap Retno.

Penetapan status Kasus Luar Biasa (KLB) antraks

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul melayangkan nota ke bupati terkait kasus antraks di Semanu yang menyebabkan satu orang meninggal dunia akibat terinfeksi bakteri tersebut.

Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty menuturkan, nota tersebut berkaitan dengan penetapan status Kasus Luar Biasa (KLB) antraks di Gunungkidul.

"Saat ini kami tinggal menunggu keputusan pimpinan," tutur Dewi.

Dia mengungkapkan, secara medis status KLB antraks sudah bisa diberlakukan lantaran telah kasus kematian manusia seperti yang tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/2010.

"Dasar aturannya (penetapan status KLB antraks) memang sudah ada, tapi keputusannya kami serahkan ke pimpinan," ungkapnya.

Baca juga: Kasus Antraks Gunungkidul, Warga Padukuhan Jati Jalani Sero Survei

Pernyataan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul, Heri Susanto menilai status KLB antraks belum diperlukan mengingat kasusnya hanya muncul di wilayah Padukuhan Jati yang lokasinya pun cukup terpencil.

Akan tetapi, dia memastikan, pihaknya tetap melakukan berbagai upaya pencegahan termasuk dengan menutup akses keluar-masuk pengiriman hewan ternak di Padukuhan Jati.

"Kami fokus penanganan di Jati dulu saat ini," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Solo ke Arah Yogyakarta

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Solo ke Arah Yogyakarta

Yogyakarta
Ditinggal Hajatan, Dua Rumah di Gunungkidul Ludes Terbakar, Termasuk Sertifikat dan 20 Gram Emas

Ditinggal Hajatan, Dua Rumah di Gunungkidul Ludes Terbakar, Termasuk Sertifikat dan 20 Gram Emas

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Kembali Komunikasi dengan Warga Piyungan untuk Bangun TPST

Pemkot Yogyakarta Kembali Komunikasi dengan Warga Piyungan untuk Bangun TPST

Yogyakarta
Masih Banyak Jalan Rusak, Pemkab Gunungkidul Ajukan Perbaikan ke Pemerintah Pusat

Masih Banyak Jalan Rusak, Pemkab Gunungkidul Ajukan Perbaikan ke Pemerintah Pusat

Yogyakarta
YIA Jadi Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng dan DIY, Sultan Harap Penerbangan Ditambah

YIA Jadi Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng dan DIY, Sultan Harap Penerbangan Ditambah

Yogyakarta
Soal Pj Kepala Daerah Maju Pilkada, Sultan: Perlu Dipertimbangkan, 'Rasah Kesusu'

Soal Pj Kepala Daerah Maju Pilkada, Sultan: Perlu Dipertimbangkan, "Rasah Kesusu"

Yogyakarta
Hardiknas, Haedar Nashir: Pendidikan Bukan Pabrik Pencipta Robot

Hardiknas, Haedar Nashir: Pendidikan Bukan Pabrik Pencipta Robot

Yogyakarta
Tarif Pariwisata di Bantul Naik mulai 1 Mei, Sekian Besarannya

Tarif Pariwisata di Bantul Naik mulai 1 Mei, Sekian Besarannya

Yogyakarta
PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Yogyakarta, Baru Satu Orang yang Ambil Formulir Pendaftaran

PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Yogyakarta, Baru Satu Orang yang Ambil Formulir Pendaftaran

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Buruh Tuntut Rumah Murah, Kepala Disnakertrans DIY: Kami Komunikasikan

Buruh Tuntut Rumah Murah, Kepala Disnakertrans DIY: Kami Komunikasikan

Yogyakarta
Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com