Berdasarkan identifikasi kolom-kolom tiang besi yang ada di Keraton Yogyakarta, kolom besi cor diproduksi di pabrik Eindthoven tahun pada 1875 atau di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VI.
Siti Hinggil Lor berada di bagian utara kompleks Keraton Yogyakarta, yang menghadap ke arah Pagelaran dan Alun-alun Utara.
Dalam memimpin suatu kegiatan atau upacara kerajaan, Sultan akan berada di Siti Hinggil.
Dilansir dari laman jogjacagar.jogjaprov.go.id, Siti Hinggil Lor di Kraton Yogyakarta memiliki ketinggian pada 2,85 meter dari permukaan tanah yang dicapai melalui tangga di sisi utara dan selatan halaman.
Denah halaman berbentuk segi empat dengan panjang sisi arah utara-selatan 77 meter dan panjang sisi arah timur-barat 88 meter.
Tempat ini diberi pagar keliling setinggi 2,40 meter, dengan pagar di sisi utara dibuat berlubang-lubang yang dinamakan ”pagar trancangan”.
Fungsi pagar ini adalah untuk dapat melihat ke Pagelaran serta Alun-alun Utara dan sebaliknya.
Di Siti Hinggil Lor terdapat delapan bangunan yang diurutkan berdasarkan hierarki fungsi bangunan.
Delapan bangunan yang terdapat pada kawasan Siti Hinggil Lor antara lain Bangsal Siti Hinggil, Bangsal Manguntur Tangkil, Bangsal Witana, Bangsal Kori Wetan, Bangsal Kori Kilen, Bale Bang, Bale Angun-angun, dan Bangsal Pacaosan.
Semantara Siti Hinggil Kidul yang menhadap Alun-alun Selatan dahulu berfungsi sebagai tempat raja menyaksikan latihan para prajurit sebelum upacara Garebeg.
Kemudian pada tahun 1956 di lokasi tempat Siti Hinggil Kidul berdiri dibangun Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad yang merupakan monumen peringatan 200 tahun berdirinya Keraton Yogyakarta.
Sumber:
kebudayaan.jogjakota.go.id
kratonjogja.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id
jogjacagar.jogjaprov.go.id