Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Sarankan Masyarakat Yogyakarta Bangun Rumah dari Kayu dan Bambu untuk Antisipasi Gempa

Kompas.com - 21/06/2023, 21:22 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyarankan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bangun rumah dengan kayu dan bambu.

Daryono mengatakan, bangunan yang menggunakan kayu dan bambu cenderung lebih ringan sehingga lebih aman dibangun di DIY yang memiliki potensi gempa.

"Bangunlah bangunan terbuat dari kayu dan bambu. Didesain menarik jangan bangun rumah tembok yang asal bangun. Punya batako dinaikan dilepo nah itu berat tapi rentan lemah sehingga bisa roboh,” kata Daryono.

Hal itu disampaikan dalam kegiatan Table Top Exeercise Nasional Menghadapi Ancaman Bencana Gempa Bumi Sesar Opak yang berlangsung di Hotel Grand Rohan Jogjakarta, Rabu (21/6/2023).

Baca juga: Sambut Kaisar Jepang, Keraton Yogyakarta Siapkan Tarian

Ia mencontohkan, wilayah yang rawan seperti di Kabupaten Bantul, DIY.

Menurut dia, wilayah Bantul termasuk wilayah graben atau slenk, daerah yang dihasilkan dari patahan kulit bumi dan terletak di antara dua bagian yang lebih tinggi.

Kondisi itu membuat tanah cenderung lunak jika dibandingkan dengan daerah lainnya.

"Tanah lunak ada di barat Kali Opak sampai Progo itu Graben," kata dia.

Daryono menuturkan, graben terbentuk melalui proses yang cukup lama yakni saat terjadi penurunan atau ambles dengan skala yang besar proses tektonik, kemudian diisi dengan material lahar.

"Sehingga Bantul ini tanahnya gembur, lunak, berpasir kemudian juga tanahnya dangkal nah itu beprotensi amplifikasi guncangan,” kata Daryono. 

Dia mencontohkan, saat terjadi gempa tahun 2006 di DIY pemukiman warga di wilayah Ngelanggeran, Kabupaten Gunungkidul, tidak mengalami kerusakan yang parah.

Padahal, kawasan ini berada di dekat salah satu episentrum gempa yakni di Sesar Opak. Kondisi parah justru dialami di wilayah barat tepatnya di Kabupaten Bantul.

 

"Bantul itu karena tanahnya lunak, berguncang dahsyat karena resonansi gelombang gempa yang tanah lunak itu," ujar dia.

Dia menuturkan, akibat gempa tidak hanya ditentukan dengan seberapa besar magnitudonya, tetapi juga ditentukan dengan jarak pusat gempa dan kondisi tanah.

Kondisi ini membuat bangunan wajib tahan gempa dan harus mengacu pada building code yang perumusannya sudah berdasarkan dengan mitigasi gempa bumi.

Baca juga: Wisatawan Malioboro Bertemu Pengamen Memaksa, PJ Wali Kota Yogyakarta: Kirim DM ke Saya

Untuk DIY, acuannya tentu saja zona megathrust yang mengacu magnitudo 8,7 dan Sesar Opak magnitudo 6,6.

"Kalau terhambat biasa bisa menggunakan arsitektur berbasis kayu dan bambu. Teknik ini aman dari bahaya gempa bumi. Sementara untuk segi biaya tidak lebih mahal dari konsep bangunan beton," ujar dia.

Arsitektur kayu dan bambu ini menurut dia dapat diterapkan di seluruh DIY, namun secara khusus di wilayah Sesar Opak untuk antisipasi gempa bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Yogyakarta
Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Yogyakarta
Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Yogyakarta
Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Yogyakarta
Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Yogyakarta
Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Yogyakarta
Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Sayangkan Larangan 'Study Tour' di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Sayangkan Larangan "Study Tour" di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Yogyakarta
Beberapa Daerah Larang 'Study Tour', PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang "Study Tour", PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Yogyakarta
Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com