Salin Artikel

BMKG Sarankan Masyarakat Yogyakarta Bangun Rumah dari Kayu dan Bambu untuk Antisipasi Gempa

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyarankan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bangun rumah dengan kayu dan bambu.

Daryono mengatakan, bangunan yang menggunakan kayu dan bambu cenderung lebih ringan sehingga lebih aman dibangun di DIY yang memiliki potensi gempa.

"Bangunlah bangunan terbuat dari kayu dan bambu. Didesain menarik jangan bangun rumah tembok yang asal bangun. Punya batako dinaikan dilepo nah itu berat tapi rentan lemah sehingga bisa roboh,” kata Daryono.

Hal itu disampaikan dalam kegiatan Table Top Exeercise Nasional Menghadapi Ancaman Bencana Gempa Bumi Sesar Opak yang berlangsung di Hotel Grand Rohan Jogjakarta, Rabu (21/6/2023).

Ia mencontohkan, wilayah yang rawan seperti di Kabupaten Bantul, DIY.

Menurut dia, wilayah Bantul termasuk wilayah graben atau slenk, daerah yang dihasilkan dari patahan kulit bumi dan terletak di antara dua bagian yang lebih tinggi.

Kondisi itu membuat tanah cenderung lunak jika dibandingkan dengan daerah lainnya.

"Tanah lunak ada di barat Kali Opak sampai Progo itu Graben," kata dia.

Daryono menuturkan, graben terbentuk melalui proses yang cukup lama yakni saat terjadi penurunan atau ambles dengan skala yang besar proses tektonik, kemudian diisi dengan material lahar.

"Sehingga Bantul ini tanahnya gembur, lunak, berpasir kemudian juga tanahnya dangkal nah itu beprotensi amplifikasi guncangan,” kata Daryono. 

Dia mencontohkan, saat terjadi gempa tahun 2006 di DIY pemukiman warga di wilayah Ngelanggeran, Kabupaten Gunungkidul, tidak mengalami kerusakan yang parah.

Padahal, kawasan ini berada di dekat salah satu episentrum gempa yakni di Sesar Opak. Kondisi parah justru dialami di wilayah barat tepatnya di Kabupaten Bantul.


"Bantul itu karena tanahnya lunak, berguncang dahsyat karena resonansi gelombang gempa yang tanah lunak itu," ujar dia.

Dia menuturkan, akibat gempa tidak hanya ditentukan dengan seberapa besar magnitudonya, tetapi juga ditentukan dengan jarak pusat gempa dan kondisi tanah.

Kondisi ini membuat bangunan wajib tahan gempa dan harus mengacu pada building code yang perumusannya sudah berdasarkan dengan mitigasi gempa bumi.

Untuk DIY, acuannya tentu saja zona megathrust yang mengacu magnitudo 8,7 dan Sesar Opak magnitudo 6,6.

"Kalau terhambat biasa bisa menggunakan arsitektur berbasis kayu dan bambu. Teknik ini aman dari bahaya gempa bumi. Sementara untuk segi biaya tidak lebih mahal dari konsep bangunan beton," ujar dia.

Arsitektur kayu dan bambu ini menurut dia dapat diterapkan di seluruh DIY, namun secara khusus di wilayah Sesar Opak untuk antisipasi gempa bumi.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/06/21/212227578/bmkg-sarankan-masyarakat-yogyakarta-bangun-rumah-dari-kayu-dan-bambu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke