"Kondisinya di sini sepi, warga tidak keluar rumah. Tahu ada ramai-ramai, warga memilih tidak keluar rumah," urainya.
Usai dari rumah Sandiman, Kompas.com lantas menemui warga lainya di Gang Brojolamatan. Warga ini bernama Endang Purwaningsih (52). Endang tinggal di Gang Brojolamatan nomor 5A atau seberang rumah yang dahulu tempat tinggal Mozes Gatotkaca yakni nomor 6A.
Sembari duduk di ruang tamu, Endang mulai menceritakan apa yang diketahuinya tentang Mozes Gatotkaca.
"Dulu yang tinggal di situ cuman Pak Mozes sendiri. Setahu saya Pak Mozes belum berkeluarga," tutur Endang Purwaningsih.
Endang menyampaikan Mozes Gatotkaca sudah lama tinggal di rumah nomor 6A Gang Brojolamatan.
"Selama saya tinggal di sini Beliau (Mozes Gatotkaca) sudah ada. Saya kan enggak asli sini, saya menikah 97 terus (tinggal) di sini," ungkapnya.
Sebelum kejadian, Endang sempat melihat Mozes Gatotkaca keluar rumah. Endang mendengar jika saat itu tetangganya tersebut hendak mencari makan.
Baca juga: Kisah Korban Kerusuhan Mei 1998: Pakai Kopiah, Menyamar Jadi Pribumi agar Selamat
Jelang tengah malam sekitar pukul 23.00 WIB telepon rumah Endang Purwaningsih berbunyi. Endang kemudian bergegas mengangkat telepon rumahnya. Saat diangkat, suara penelpon tersebut seorang laki-laki dan mengatakan dari Kepolisian.
"Saya ditelpon dari pihak Kepolisian. Apa ibu kenal dengan Pak Mozes? Pak Mozes yang mana, saya bilang gitu. Yang tinggal di ini, ini, ini. Saya jawab oh iya tahu Pak, Beliau (Mozes Gatotkaca) tinggal sendirian Pak," ucap Endang.
Endang menuturkan melalui telepon, laki-laki tersebut memberi informasi terkait kejadian yang menimpa Mozes Gatotkaca.
"Aduh, kalau saya suruh memberi informasi kekeluarganya, saya juga nggak kenal Pak," ungkapnya.
Ibu berusia 52 tahun pun tidak mengetahui dari mana laki-laki tersebut dapat nomor telepon rumahnya. Sebab Endang juga tidak mengenal orang yang menelponya tersebut.
"Saya juga enggak tahu, mungkin ngacak tho mungkin. Soalnya kan nomor (telepon rumah) sini kan hampir semua (sama), cuman (nomor) belakangnya yang beda. Itu (mendapat telepon) sekitar jam 11 (malam)," tandasnya.
Setelah menerima telepon tersebut, Endang mengaku lantas keluar rumah. Namun situasi di Gang Brojolamatan saat itu sepi. Tidak ada satu pun warga yang berada di luar rumah.
Baca juga: Mengenang Stevanus Sanu, Remaja 16 Tahun Korban Kebakaran Mal Klender 1998
"Saya cuma tingak-tinguk (melihat kanan kiri), sepi. Nggak tahu, situasinya sepi. Nggak ada orang duduk-duduk, mungkin sudah dengar (ada keributan). Saya masuk lagi," ungkapnya.
Sepengetahuan Endang, Mozes Gatotkaca saat itu sudah tidak berstatus sebagai mahasiswa.
"Yang saya tahu, beliau sudah tidak kuliah. Usianya juga sudah berumur. Selama saya tinggal di sini, Beliau sudah tidak kuliah, mungkin sudah lulus," tuturnya.
Jenazah Mozes Gatotkaca, lanjut Endang, tidak dibawa untuk disemayamkan di rumah nomor 6A Gang Brojolamatan. Namun disemayamkan di rumah keluarganya.
"Jenazah tidak dibawa ke sini, karena di sini (rumah 6A tempat tinggal Mozes Gatotkaca) nggak ada orang. Saya mendapat informasi saat itu dibawa ke rumah keluarganya," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.