Angkringan ini sudah ada jauh sebelum taman ada. Kawasan itu tadinya hanya kebun tebu atau persawahan. Supri merintis angkringan mulai 2002, ketika itu gedung DPRD Kulon Progo juga sedang dibangun.
Sejak awal, ia bikin gerobak angkringan yang kuat dan tahan lama, terbikin dari besi. Tempat duduknya juga dari besi las.
Kedua perkakas itu masih ada meski sudah keropos dimakan usia. Disebut angkringan tersembunyi karena berada di balik pohon asem yang besar, pohon dewandaru, pohon jambu, pohon nangka, kantil, hingga pohon Manding.
Terpal yang sudah lapuk dan pudar warnanya jadi atap dan dindingnya.
Seiring waktu, pelanggan makin banyak karena satu-satunya angkringan di kawasan yang tumbuh pesat, baik ruko hingga perkantoran berdiri. Angkringan makin maju, bahkan karena kreatif, pemilik memasang listrik tenaga surya ukuran mini di sana. Setidaknya, bisa membantu pelanggan yang mau mengisi batre.
Mereka yang mampir ke sini, mulai dari dukuh (kepala dusun) sekitar, tukang bangunan, tukang sapu, tukang mancing, satpam perkantoran di sekitaran. Atau pegawai perkantoran untuk sekadar makan minum. Sesekali muncul kepala dinas hingga pernah juga anggota dewan.
Baca juga: Mengenal Angkringan West, Karens Diner-nya Semarang
Angkringan jadi tempat nongkrong, minum kopi atau teh. Camilan di sana cukup lengkap dan murah, seperti nasi kucing, gorengan, kletikan, serba kerupuk maupun peyek kacang. Di tempat ini, makanannya mayoritas semua serba 1.000. Pembeli cukup kenyang untuk makan dan minum dengan Rp 10.000.
Karena harganya yang terjangkau, banyak warga yang datang ke sini, hingga akhirnya akrab satu dengan lainnya. Mereka suka saling bercerita berbagai topik, namun tidak ada yang serius. Pembicaraan antar mereka selalu berakhir dengan tertawa. Hingga akhirnya akrab satu dengan lain, kemudian jadi pelanggan di hari-hari berikutnya.
“Di sini tempat cerita-cerita, gojek-gojek (saling bercanda), tidak ada politik, tidak ada sara, semua obrolan kampung,” kata Supri.
Puluhan pelanggan setia sampai bikin grup WhatsApp. Candaan mereka biasanya berlanjut di dalam pesan-pesan singkat WhatsApp.
Baca juga: Pedagang Angkringan Gagalkan Rencana Perempuan Loncat ke Rel KA, Nur: Saya Pegang Terus
Keakraban itu kemudian dikemas lagi dalam tradisi syawalan. Mereka menyebar undangan via pesan WA sehari sebelumnya. Silih berganti para pelanggan berdatangan sambil bawa panganan.
“Kami share di grup. Ayo, ayo, yang penting nongkrong dan ngopi. Yang penting salaman dan ngopi,” kata Supri.
Yuli, salah satu warga yang kerap mampir ke sana. Ia menikmati suasana keakraban pelanggan angkringan Wana Winulang. Ia menyaksikan bagaimana pelanggan saling bercanda dan olok-olokan khas warga kebanyakan.
“Bercandanya mereka memang berbeda,” kata Yuli mengaku asal Balikpapan, Kalimantan Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.