"Awalnya saya datang ke rumah, saya memperkenalkan diri. Memang mereka gak suka dengan polisi. Tapi saya tidak menyerah," ujarnya.
Kedatangan kedua kalinya ke rumah teroris Ipda Ali sempat berbincang dengan kakak seorang napi teroris.
Baca juga: KPAI Khawatir Anak Teroris Lintas Batas Benci Pemerintah Indonesia
"Dia berkata, selain Ali saya tidak suka dengan polisi," ujae dia menirukan ucapan kakak seorang napi teroris itu.
Sang kakak napi teroris itu tidak menyadari jika orang yang ada didepannya itu merupakan Bon Ali, anggota Polri yang mendirikan yayasan anak yatim.
"Saya tanya kok hanya mau menganggap Ali saja sebagai polisi? Jawabannya karena Ali membangun rumah yatim. Dia itu mengaku menyimpan kliping koran berita saya. Terus saya suruh ambil saja. Begitu saya suruh melihat seksama, mereka terkejut," ucap Ali.
"Langsung saya dipeluk, mereka mau menerima saya. Sejak itu setiap kali saya main ke rumahnya saya selalu dibikinkan makanan," terang dia.
Berjalanannya waktu Bon Ali intensif berkomunikasi dengan para keluarga mantan teroris bahkan para napi teroris sekalipun.
"Saya mencoba mengubah pandangan berpikir mereka. Pernah saya telfon salah satu mantan teroris. Saya bilang, kamu mau jihad gak? Mau pak, jawabnya. Ya, sudah ikut saya nambah aspal. Sudah langsung tancap gas mereka," ujarnya.
Baca juga: Anak Mantan Teroris dan Korban Terorisme Akan Diberi Beasiswa Perguruan Tinggi
Ipda Ali mengaku tidak mudah menjalankan pilihannya. Naik turun suasana hati jelas mempengaruhi niat dan ketulusan dalam mengabdi.
"Saya bisa istikomah dikarenakan saya punya guru. Bukan karena saya istimewa tapi doa orang tua dan guru saya KH Djamaluddi Ahmad almarhum yang membuat saya seperti ini," terang dia.
Ia menyebut KH Djamaluddin lah yang mendidik, merawat serta membentuk kepribadiannya hingga seperti sekarang.
"Saat masuk Polisi kan saya minta restu beliau sudab saya lakukan. Saya minta restunya pak kyai saya mau daftar polisi. Alhamdulillah guru beri restu dan guru juga memberi amanah. Kalau besok kamu jadi polisi jadilah polisi yang hubul wathon minal iman. Cintailah bangsa ini karena mencintai bangsa sebagain dari iman," katanya.
Baca juga: Pemerintah Diminta Kaji Mendalam soal Pemulangan Anak-anak Teroris Lintas Batas
Pesan Kyai Djamal yang terus diingat Ipda Ali adalah menjadi polisi yang dalam langkahnya selalu ada manfaatnya bagi bangsa Indonesia.
"Dengan hal itulah yang namanya santri biasa-biasa saja, yang gak pandai mengaji bisa seperti sekarang. Pokoknya tugas saya dengan guru adalah sendiko dhawuh apa yang diperintahkan beliau jadi polisi bermanfaat saya laksanakan perintah," ungkapnya.
"Jadi selama ini saya kok bisa istikomah. Istikomah saya adalah mendapatkan restu dari guru. Itu saya laksanakan. Pesan guru terngiang sampai sekarang," sambung Bon Ali.
Melalui ketulusannya ini, Ipda Ali mendapat apresiasi dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada 2022 berupa sekolah perwira.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kisah Bon Ali Santri Tambak Beras Berpangkat Ipda, Bangun 14 Masjid dan Punya Ratusan Anak Asuh
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.