Setelah aktif memeriksakan anaknya, diketahui bahwa anaknya mengidap stunting atau terdapat masalah gizi kronis akibat kurangnya pasokan gizi sehingga mengganggu pertumbuhan pada anak.
Mengetahui itu, Marta tak patah arang, bahkan dia makin bersemangat dalam mengasuh anaknya tujuannya satu agar tumbuh kembang anaknya dapat normal seperti anak-anak lainnya.
Omongan orang tak ia pedulikan. Dia fokus mengasuh anak, bahkan rela keluar dari tempatnya bekerja untuk mengasuh sang buah hati.
"Saya keluar dari tempat kerja saya sebagai penjaga toko mainan, dan buka warung kecil-kecilan di rumah, biar fokus mengasuh anak," kata dia.
Warung kecilnya menjual berbagai makanan ringan untuk anak-anak dan minuman ringan.
Warung ini untuk sekadar membantu sang suami yang bekerja sebagai buruh di kawasan Tajem, Sleman.
Baca juga: Perjuangan Nakes di Labuan Bajo Perangi Tengkes, Dilatih di Stunting Center dan Terjun Melawan Mitos
Marta juga mengakui untuk memenuhi kebutuhan gizi anak saat ini biaya menjadi salah satu kendala karena harus terdapat protein hewani.
Tapi, setelah dia mendapatkan informasi dari fasyankes dia mendapatkan pemahaman bahwa protein hewani dapat disubtitusi.
"Ya sebenarnya berat kalau harus beli daging, tapi kan bisa disubtitusi kalau tidak bisa daging ayam, ya telur ayam. Tapi, demi anak tetap kami usahakan," kata dia.
Marta tiap satu bulan sekali harus mengontrol pertumbuhan anak di Rumah Sakit DKT. Dia bersyukur pengobatan yang saat dijalani oleh anaknya semuanya gratis.
Dari kontrol ini dia mendapatkan susu khusus yang tiap harinya harus dikonsumsi oleh anaknya.
Masalah lain timbul, anaknya masih pilih-pilih tak mau menghabiskan susu protein tinggi yang didapat dari dokter.
Hal ini membuat dirinya kebingungan. Tak hilang akal setelah konsultasi dengan dokter dia mencampurkan susu tinggi protein dengan susu formula.
Secara perlahan anaknya mau menerima susu tinggi protein ini.
"Anak saya ini kan sulit minum susu, makannya juga sulit. Ya harus telaten palan-pelan, kalau makan sulit pas dia lagi main, itu saya suapi, biasanya mau. Kalau susu dulu saya campur pakai susu formula, sesuai sama saran dokter," papar dia.
Kini, berkat ketelatenan dan kesabaran anaknya mulai membaik keadannya ditambah sang anak juga dalam keadaan sehat tidak ada penyakit pendamping yang dijangkit.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang