Namun gempa hebat pada tahun 1867 membuat bangunan Benteng Rustenburg turut runtuh.
Segera setelahnya diadakan pembangunan kembali benteng Rustenburg, yang kemudian namanya diganti menjadi Benteng Vredeburg yang berarti benteng perdamaian.
Pemberian nama ini adalah wujud simbolis manifestasi perdamaian antara pihak Belanda dan Keraton.
Status ini berlangsung hingga penandatanganan perjanjian Kalijati di Jawa Barat pada Maret 1942 di mana Belanda menyerah dan benteng ini mulai dikuasai penuh oleh pihak Jepang.
Jepang menguasai Benteng Vredeburg hingga diambil alih oleh instansi militer RI setelah proklamasi kemerdekaan RI pada tahun 1945.
Benteng Vredeburg sempat kembali dengan diambil alih kembali oleh pihak Belanda di tahun 1948 pada peristiwa Agresi Militer Belanda II.
Namun dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Benteng Vredeburg akhirnya berhasil direbut kembali oleh Indonesia.
Dilansir dari laman budaya.jogjaprov.go.id, Benteng Vredeburg tercatat mengalami beberapa kali perubahan fungsi.
Pada tahun 1760 hingga 1830, bangunan ini berfungsi sebagai benteng pertahanan.
Kemudian pada 1830 hingga 1945 , bangunan benteng juga berfungsi sebagai markas militer Belanda, Inggris, dan Jepang.
Baru pada awal masa kemerdekaan antara tahun 1945 hingga 1977, Benteng Vredeburg berfungsi sebagai markas militer RI.
Setelah tahun 1977 pihak Hankam mengembalikan Benteng Vredeburg kepada pemerintah.
Pada tanggal 9 Agustus 1980, Benteng Vredeburg kemudian ditetapkan sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara oleh Mendikbud Daoed Yoesoep atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku pemilik.
Hal itu ditindaklanjuti dengan keluarnya SK. No. 359/HB/V/1985 di tanggal 5 November 1984 yang ditandatangani Mendikbud Nugroho Notosusanto dengan persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Bangunan Benteng Vredeburg kemudian mulai dipugar menjadi Museum Perjuangan tanggal 16 April 1985 dan dibuka untuk umum pada tahun 1987.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.