Upacara siraman untuk membersihkan diri lahir dan batin sehingga saat dirias wajah akan bersinar dan beraroma wangi.
Baca juga: Tradisi Midodareni dalam Pernikahan Adat Jawa dan Susunan Acaranya
Pelaksanaan upacara siraman biasanya pada pukul 10.00-11.00 atau 15.00-16.00.
Upacara Ngerik bertujuan agar calon pengantin benar-benar bersih secara lahir dan batin.
Ngerik berarti mencukur wulu kalong atau sinom atau rambut yang berada di dekat dahi. Dalam upacara ini juga menggunakan sesaji yang hampir sama dengan sesaji siraman.
Sehingga sesaji upacara ngerik dapat menggunakan sesaji siraman.
Persiapan upacara Ngerik adalah dupa, ratus, kain motif truntum, pisau cukur, kaca, handuk, mangkuk berisi air, dan sisir.
Prosesi Ngerik dilakukan setelah calon pengantin perempuan selesai siraman.
Calon pengantin perempan masuk kamar untuk dikeringkan rambutnya, membuat cengkorongan paesan, Ngerik, merias calon pengantin dengan riasan tipis, rambut digelung tekuk, dan memakaikan kebaya untuk upacara midodareni.
Upacara Midodareni berasal dari kata widadari atau bidadari.
Menurut kepercayaan, bidadari akan turun pada malam hari untuk memberikan kecantikan kepada calon pengantin perempuan.
Pada upacara Midodareni calon pengantin perempuan sejak pukul 18.00 hingga 24.00 tidak boleh tidur dan keluar kamar.
Baca juga: Momen 4 Menteri Pakai Beskap dan Kebaya Ikuti Prosesi Siraman Kaesang di Solo...
Apabila ada tamu, maka tamu tersebut ditemui di dalam kamar.
Pada upacara Midodareni, calon pengantin perempuan tidak boleh bertemu dengan tamu laki-laki, bahkan calon pengantin laki-laki.
Upacara Ijab adalah inti dari pelaksanaan upacara perkawinan. Dimana, perkawinan secara sah menurut agama dan hukum negara.
Upacara Ijab juga dilengkapi dengan ubarampe yang biasa disebut sanggan.