Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sengkalan, Penanda Waktu yang Dituliskan dengan Rangkaian Kata

Kompas.com - 13/10/2022, 19:03 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Jika umumnya penulisan tahun dituliskan dengan angka, masyarakat Jawa mengenal cara penulisan tahun dengan menggunakan sengkalan.

Sengkalan adalah penanda waktu yang dituliskan dalam rangkaian kata, di mana setiap kata mewakili makna/filosofi dari sebuah bilangan atau angka.

Baca juga: Legenda Aji Saka dan Asal Usul Aksara Jawa

Rangkaian kata dalam sengkalan dibaca terbalik untuk mendapatkan bilangan tahun Çaka (Saka) yang dimaksud.

Baca juga: Mengenal Gamelan Sekaten Keraton Yogyakarta, Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo

Sengkalan tidak hanya dimaknai sebagai penanda waktu, namun juga digunakan untuk menyampaikan semboyan, harapan, gambaran situasi, atau suasana batin atas peristiwa yang ditandai.

Baca juga: Songgo Buwono, Kuliner Ningrat dari Keraton Yogyakarta yang Penuh Filosofi

Sejarah Sengkalan

Dilansir dari laman kratonjogja.id, sejarah sengkalan diyakini dimulai bersamaan dengan masuknya perhitungan tahun Çaka (Saka) yang dibawa Aji Saka.

Merujuk pada teori ini, istilah sengkalan berasal dari kata Çakakala yaitu gabungan dari kata çaka dan kala, yang berarti perhitungan waktu menurut Çaka (tahun Çaka).

Penyebutan kata Çakakala kemudian berubah menjadi sakala, sebelum menjadi sengkala atau sengkalan seperti yang dikenal saat ini.

Jenis Sengkalan

Sengkalan dibagi menjadi dua berdasar tahun peredarannya, yaitu suryasengkala dan candrasengkala.

Candrasengkala adalah sengkalan yang menunjukkan tahun berdasar peredaran bulan (Candra) yang merujuk pada tahun Jawa.

Sementara suryasengkala menunjukkan tahun berdasar peredaran matahari yang awalnya merujuk pada tahun Çaka. Namun karena tahun Çaka tidak lagi digunakan maka kini suryasengkala merujuk pada tahun Masehi.

Sengkalan juga dibagi berdasar bentuknya, yaitu sengkalan lamba dan sengkalan memet.

Sengkalan lamba (sederhana) bentuknya berupa rangkaian kata yang mewakili bilangan yang dikehendaki.

Sengkalan memet (rumit) bentuknya berupa berupa gambar, relief, ataupun patung yang mewakili filosofi dari bilangan tahun yang dimaksud.

Sengkalan di Bangsal Trajumas Keraton Yogyakarta.kratonjogja.id Sengkalan di Bangsal Trajumas Keraton Yogyakarta.

Watak Bilangan dalam Sengkalan

Dilansir dari laman budaya.jogjaprov.go.id, watak bilangan digunakan untuk membuat dan mengartikan kata-kata dalam sengkalan.

Berikut ini adalah sebagian dari kata-kata yang digunakan sebagai watak bilangan dalam sengkalan.

Watak bilangan 0 adalah kata-kata yang memiliki arti kosong, hilang atau berhubungan dengan langit/surga. Contoh watak bilangan 0 adalah sonya (sepi), nir (hilang, tanpa), akasa (angkasa), dan tawang (langit).

  • Watak bilangan 1

Watak bilangan 1 adalah kata-kata yang memiliki arti satu, tunggal, atau berjumlah satu seperti manusia, raja, dan benda angkasa/alam. Contoh watak bilangan 1 adalah niyata (nyata), rahayu (selamat), janma / jalma (manusia), suta (anak), nata (raja) candra (bulan), dan kartika (bintang).

  • Watak bilangan 2

Watak bilangan 2 adalah kata-kata yang memiliki arti dua atau sepasang. Contoh watak bilangan 2 adalah adalah netra (mata), asta (tangan), nembah (menyembah), dan lar (sayap).

  • Watak bilangan 3

Watak bilangan 3 adalah kata-kata yang memiliki arti tiga, berhubungan dengan pengetahuan atau berhubungan dengan api. Contoh watak bilangan 3 adalah tri (tiga), kawruh (pengetahuan), wignya (pandai), dahana (api), dan pawaka (api).

  • Watak bilangan 4

Watak bilangan 4 adalah kata-kata yang memiliki arti empat atau berhubungan dengan air. Contoh watak bilangan 4 adalah catur (empat), toya (air), jladri (laut), tirta (air), dan wening (jernih).

  • Watak bilangan 5

Watak bilangan 5 adalah kata-kata yang memiliki arti lima, berhubungan dengan angin, raksasa atau peralatan perang. Contoh watak bilangan 5 adalah panca (lima), indri (angin), yaksa (raksasa), jemparing (panah), dan cakra (salah satu jenis senjata).

  • Watak bilangan 6

Watak bilangan 6 adalah kata-kata yang memiliki enam, berhubungan dengan rasa, atau yang bersifat bergerak/bergoyang. Contoh watak bilangan 6 adalah sad (enam), lona (pedas), sarkara (manis), obah (bergerak), dan winayang (digerakkan).

  • Watak bilangan 7

Watak bilangan 7 adalah kata-kata yang memiliki arti tujuh, berhubungan dengan pendeta, nasehat, gunung atau yang berhubungan dengan tunggangan. Contoh watak bilangan 7 adalah sapta (tujuh), resi (pendeta), wulang (nasehat), ardi (gunung), dan turangga (kuda).

  • Watak bilangan 8

Watak bilangan 8 adalah kata-kata yang memiliki arti delapan, berhubungan dengan gajah atau reptil. Contoh watak bilangan 8 adalah astha (delapan), liman (gajah), baya (buaya), dan naga (naga).

  • Watak bilangan 9

Watak bilangan 9 adalah kata-kata yang memiliki arti sembilan, berhubungan dengan lubang, gerbang/pintu atau membuka/terbuka. Contoh watak bilangan 9 adalah nawa (sembilan), guwa (goa), gapura (gerbang), kori (pintu), dan ambuka (membuka).

Sengkalan Dwi Naga Rasa Tunggal pada Regol Kemagangan di Keraton Yogyakarta.kratonjogja.id Sengkalan Dwi Naga Rasa Tunggal pada Regol Kemagangan di Keraton Yogyakarta.

Contoh Penggunaan Sengkalan

Sengkalan paling tua yang pernah ditemukan di Indonesia terdapat pada prasasti Canggal di Gunung Wukir, Kedu Selatan, dengan bunyi sengkalan “Syruti Indrya Rasa” yang bermakna angka tahun 654 Çaka.

Prasasti yang ditulis dalam bahasa Sansekerta itu menceritakan tentang Raja Sanjaya, salah satu raja dari kerajaan Mataram Kuno.

Salah satu sengkalan yang terkenal berbunyi “Dwi Naga Rasa Wani” yang berarti “Dua naga yang mempunyai perasaan berani” menandai tahun 1682 Jawa menunjukkan waktu ditempatinya Keraton Yogyakarta oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I.

Ada juga sengkalan pada Tugu Golong Gilig yang baru berbunyi “Wiwara Harja Manggala Praja” yang menunjuk pada tahun 1819 Masehi.

Wiwara berarti gerbang yang mewakili angka sembilan, Harja bermakna kemakmuran yang mewakili angka satu, Manggala bermakna pemimpin yang mewakili angka delapan, dan Praja bermakna negara yang mewakili angka satu.

Sengkalan lamba paling muda yang ada di keraton ditandai dengan candra dan surya sengkala.

Candra sengkala tersebut berbunyi “Sumunar Hakarya Haruming Dhatulaya” menandai tahun 1943 Jawa yang memiliki arti "sorot cahaya mewujudkan megahnya keraton".

Sedang surya sengkala tersebut berbunyi “Hanggara Sampurna Risaking Traju” menandai tahun 2009 Masehi yang memiliki arti "membangun Bangsal Trajumas sampai sempurna".

Sengkalan memet paling muda yang ada di Keraton Yogyakarta dengan wujud sepasang naga dikombinasikan dengan lambang Kasultanan Yogyakarta.

Surya sengkala ini berbunyi “Kaheksi Nagaraja Manjing Kadhaton”, yang memiliki arti "dewa naga (terlihat) memasuki keraton".

Sengkalan itu menandai peresmian museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada tahun 1992 Masehi.

Sumber:
kratonjogja.id  
budaya.jogjaprov.go.id 
tribunjogjawiki.tribunnews.com  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Yogyakarta
Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Yogyakarta
Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Yogyakarta
ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

Yogyakarta
Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Yogyakarta
Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Yogyakarta
Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Yogyakarta
Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Yogyakarta
Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Yogyakarta
Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Yogyakarta
Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Yogyakarta
Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com