Biasanya, masyarakat jamak mengelola lahan seperti ini dengan menanam pohon keras, seperti pohon jati dan pohon kelapa. Kedua komoditas pohon itu tidak banyak perawatan namun memberi hasil.
Pohon kelapa bisa memberi hasil yang baik setiap waktu. Sedangkan hasil pohon jati jauh lebih menggembirakan namun butuh waktu lama.
Warga sudah lama memanfaatkan lahan dengan penanaman seperti itu.
Beni mengelola lahan dengan cara lain, yakni pertanian pohon buah yang bisa memberi hasil setiap waktu.
Beni lulus Fakultas Pertanian Universitas Veteran Negeri pada 2006. Setelah itu, ia bekerja di perusahaan perkebunan sawit. Dengan ilmu dimiliki, ia membangun RGF ini di lahan keluarga.
Beni berniat mengubah pola pikir masyarakat yang membiarkan lahan tidak terawat dengan tanaman kelapa dan tanaman keras.
“Dahulu, warga banyak menanam pohon kelapa dan kayu hutan. Kayu dijual, kayu habis, lalu bingung. Kini, kita balik pola pikirnya,” kata Beni.
Beni dan beberapa petani mulai membangun perkebunan mini di lahan terbengkalai milik keluarganya ini awal Mei 2019. Mereka menanam pohon durian untuk pertama kali, dilanjutkan kelengkeng dan alpukat. Pengairan diambil dari sumur yang ada di sekitar dan Pamsimas.
Di sela-sela menanam, mereka juga menanam jambu kristal. Totalnya, ada 72 pohon kelengkeng, 72 pohon durian, 57 pohon alpukat, 80 pohon lemon dan 80 jambu.
Jambu ini ditanam karena memiliki masa panen yang cepat. Hasil dari pohon jambu kristal dijual ke pasar. Uangnya dipakai untuk menopang perawatan durian, kelengkeng dan alpukat, mulai dari kebutuhan utama berupa upah buruh tenaga kerja, pestisida untuk pengendalian hama, hingga pupuk.
“Altenatif income untuk perawatan dihasilkan pohon buah lain,” kata Beni.
Tidak sampai target tiga tahun, klengkeng dan sebagian alpukat sudah berbuah. Bahkan kelengkeng dilakukan panen perdana saat ini.
Namun RGF tidak hanya sampai panen saja. Pada lokasi ini akan dikembangkan peternakan hingga wisata.
Kelengkeng RGF dipanen bersama sejumlah pihak, seperti Panewu Kokap Yulianta Nugraha, Lurah Hargorejo Bhekti Murdayanto, Dukuh Sambeng Supardi dan banyak tokoh masyarakat setempat.
Panewu Yulianta mengharapkan kawasan RGF berkembang di kawasan strategis pengembangan wisata di DIY. Kebun buah bisa mendukung program sektor pariwisata dan pertanian.
“Kebun buah akan menambah khasanah pariwisata yang selama ini baru sebatas mengembangan wisata alam,” kata Yulianta.
Lurah Hargorejo, Bhekti Murdayanto mengharapakan kebun buah ini jadi contoh bagi kelompok tani lain.
“RoJo Green Farm membuktikan, wilayah Sambeng cocok untuk tanaman buah. Harapannya bisa dicontoh kelompok tani untuk kesejahteraan,” kata Bhekti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.