Akan tetapi, Dyah Lokapala akhirnya terpilih karena kepahlawanannya dalam menumpas musuh ayahnya yang bernama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni.
Sebagai penganut aliran Siwaisme, Rakai Pikatan membangun Candi Prambanan sebagai persembahan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu.
Selain itu, bentuk kompleks Candi Prambanan juga mengikuti pola mandala dengan bentuk candi menjulang khas candi Hindu.
Sesuai prasasti Siwagrha yang berangka tahun 778 Saka (856 Masehi), nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha yang dalam bahasa Sansekerta bermakna ‘Rumah Siwa’.
Hal ini terlihat dari keberadaan Candi Siwa sebagai candi induk yang merupakan bangunan candi terbesar dengan ketinggian 47 meter.
Dalam tubuh candi Siwa terdapat empat bilik yang berisi arca Siwa Mahadewa sebagai arca utama di bilik sisi timur, Arca Agastya sebagai Siwa Mahaguru di bilik sisi selatan, Arca Ganeça sebagai anak Dewa Siwa di bilik sisi barat, dan Arca Durga Mahisasuramardini sebagai çakti Siwa di bilik sisi utara.
Kemudian barulah di sisi candi Siwa terdapat candi Brahma dan candi Wisnu yang berukuran lebih kecil.
Selain 3 candi utama, dalam kompleks Candi Prambanan ada pula 3 candi wahana (Candi Garuda, Candi Nandi, dan Candi Angsa), 2 candi apit (Apit Utara dan Apit Selatan), 4 Candi Kelir, dan 4 Candi Patok.
Jika ketiga candi utama dibangun di masa pemerintahan Rakai Pikatan, maka candi-candi lain di kompleks Candi Prambanan ini dibangun pada masa raja-raja berikutnya hingga periode kekuasaan Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M).
Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id
bpcbdiy.kemdikbud.go.id
kompas.com
(Penulis : Widya Lestari Ningsih | Editor : Nibras Nada Nailufar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.