Para petani Dobangsan bercocok tanam tiga kali dalam setahun, yakni padi-padi-palawija. Hasilnya melimpah dan menjadi salah satu andalan Kulon Progo.
Kondisi ini memungkinkan hama tikus terus berada di sana untuk mencari makan. Bahkan tikus juga dimungkinkan membuat liang atau rumah di dalam tanah.
"Bahkan saat tidak ada padi, ada palawija, makanan (bagi hama) yang selalu tersedia," kata Supomo, Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo.
Karenanya, memanfaatkan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus dinilai baik. Hewan ini memiliki pendengaran yang tajam serta mampu terbang dan menyergap mangsanya dengan cepat tanpa suara.
Lebih dari itu cara ini dianggap ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan pestisida. Selain itu sekaligus mendukung pelestarian burung hantu karena bermanfaat bagi tanaman petani.
"Tyto alba bisa mendapatkan 10-15 mangsa tiap malam," kata Supomo.
Koordinator POPT Supomo mengungkapkan, pemanfaatan rubuha sudah lama di Kulon Progo. Sebelumnya ada di Kapanewon Kokap dan Kapanewon Nanggulan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.