Salin Artikel

Rubuha, Andalan Petani Kulon Progo Basmi Hama Tikus

Tyto alba berkembang di alam Giripeni. Para petani memanfaatkan keberadaan Tyto Alba di alam ini dengan mendirikan setidaknya 10 rumah burung hantu (rubuha).

“Kami membuat 10 rubuha, Di mana lima diletakkan pada sisi Timur atau di Dobangsan ini. Lima lagi di sebelah Barat,” kata Untung Suharjo, Ketua Gabungan Kelompok Tani Marem Giripeni, Jumat (2/9/2022).

Tyto alba terlihat di pohon tinggi, bangunan lama dan gedung bertingkat, dengan jelajah sampai persawahan Dobangsan.

Diketahui, luas lahan pertanian di Giripeni lebih dari 50 hektar. Dari luas tersebut, 15 hektar di antaranya merupakan area persawahan lahan surjan (sistem tanam di atas lahan dengan tinggi berbeda). 

Untung mengatakan petani mencoba mengantisipasi serangan tikus dengan Tyto alba.

“Sebagai musuh alami (tikus),” kata Untung.

Untung dan para petani telah mencoba memanfaatkan predator ini sejak 2015. Hasilnya dianggap efektif.

Burung hantu bahkan bisa berkembang biak ketika itu. Tampak dari ditemukannya anakan burung hantu di rubuha lawas yang jatuh karena dimakan usia

Berdasarkan pengalaman tersebut, Gapoktan kembali membuat 10 rubuha di 2022 ini. Pelaksanaannya melalui program ketahanan pangan yang dianggarkan lewat dana desa.

Rubuha ini berdimensi 60x90x50 Cm. Terbangun dari dinding bahan kayu, dilapisi seng, dan atapnya seng dicat hitam.

Hanya ada satu lubang untuk masuk ke dalam rumah itu. Lubang keluar masuk burung itu mengarah ke Utara untuk menghindar dari terpaan langsung sinar matahari pagi atau sore.

Semua dilapisi seng dan cat yang membuat rumah tidak tembus cahaya dan hawa di dalamnya tetap dingin. Rumah burung kemudian diberdirikan pada tiang 3 meter.

Para petani meyakini rubuha akan ditempati oleh Tyto Alba.

“Tempat singgah dan tinggal burung hantu. Harapan kami mereka bisa anak pinak sehingga pengendalian hama semakin ketat,” kata Untung.

Para petani Dobangsan bercocok tanam tiga kali dalam setahun, yakni padi-padi-palawija. Hasilnya melimpah dan menjadi salah satu andalan Kulon Progo.

Kondisi ini memungkinkan hama tikus terus berada di sana untuk mencari makan. Bahkan tikus juga dimungkinkan membuat liang atau rumah di dalam tanah.

"Bahkan saat tidak ada padi, ada palawija, makanan (bagi hama) yang selalu tersedia," kata Supomo, Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo.

Karenanya, memanfaatkan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus dinilai baik. Hewan ini memiliki pendengaran yang tajam serta mampu terbang dan menyergap mangsanya dengan cepat tanpa suara.

Lebih dari itu cara ini dianggap ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan pestisida. Selain itu sekaligus mendukung pelestarian burung hantu karena bermanfaat bagi tanaman petani.

"Tyto alba bisa mendapatkan 10-15 mangsa tiap malam," kata Supomo.

Koordinator POPT Supomo mengungkapkan, pemanfaatan rubuha sudah lama di Kulon Progo. Sebelumnya ada di Kapanewon Kokap dan Kapanewon Nanggulan.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/09/02/233458578/rubuha-andalan-petani-kulon-progo-basmi-hama-tikus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke