KOMPAS.com – Pameran ilustrasi dengan tajuk “Ilustrasiana Goes to Yogya” digelar mulai tanggal 13 hingga 21 Agustus 2022 di Bentara Budaya Yogyakarta dari pukul 10.00-21.00 WIB.
Kebanyakan orang mengenal ilustrasi melalui sampul atau cover buku. Hal ini wajar, mengingat pada waktu tertentu ilustrasi identik dengan dunia percetakan, terutama buku.
Ketika dunia cetak masih dominan dan belum ada digitalisasi, maka saat itu ilustrasi menjadi salah satu bagian seni rupa yang langsung berhadapan dengan masyarakat umum.Berbeda dengan jenis seni rupa lain seperti lukisan atau patung yang hanya hadir di galeri-galeri, ilustrasi tidak berada di ruang elite seni rupa. Mungkin hanya seni grafis yang memiliki posisi yang sama dengan ilustrasi karena langsung berhadapan dengan masyarakat.
Membaca ilustrasi sama seperti teks dalam bentuk gambar, simbol, atau tanda. Namun dalam perkembangannya ilustrasi harus berhadapan dengan berbagai pesoalan. Salah satunya, perkembangan teknologi informasi yang kemudian secara dominan mampu mengusur dunia cetak. Meski begitu, di sisi lain perkembangan teknologi informasi juga menjadikan ilustrasi memiliki daya jelajah lebih dari sekadar pemahaman awal tentang ilustrasi.
Baca juga: Gelaran Fesbujaton, Cara Warga Jawa Tondano Lestarikan Seni Tradisi Leluhur
Kini babak baru ilustrasi di Indonesia tentu memiliki nuansa yang berbeda. Dalam hal ini lebih didominasi dengan keriuhan teknologi informasi. Namun ada satu pertanyaan penting yang harus dijawab yakni mampukah ilustrasi di Indonesia memiliki inovasi baru dan melewati keriuhan tersebut, serta tetap hadir dengan wajah baru.
Yogyakarta merupakan kota ketiga yang disinggahi dalam rangkaian pameran “Ilustrasiana” ini. Sebelumnya pameran ini telah dilaksanakan di Bogor dan Bandung.
Yogya merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari Bentara Budaya. Maka dari itu pameran ilustrasi telah menempatkan Yogya sebagai titik utama sejak rencana pameran ini digulirkan.
Yogya telah melahirkan banyak ilustrator yang meletakkan pencapaian atau milestone dalam sejarah seni gambar atau ilustrasi. Keunikan Yogya bukan pada keberadaan lembaga pendidikan seni yang melahirkan banyak ilustrator akademis, tapi pendidikan-pendidikan nonformal yang digerakkan oleh masyarakat akar rumput.
Dari dulu hingga kini seni hidup dalam keseharian masyarakat Yogya membentuk lingkungan sosio-kultur yang organik. Dunia seni visual di Yogya juga telah mapan dalam tradisi. Selain itu juga berkembang dalam kehidupan multikultur dengan banyaknya pendatang yang belajar dan menetap di Yogya.
Dari manapun asalnya jika sudah lama tinggal dan berkarya, maka akan disebut seniman Yogya. Gelar ini kemudian menjadi identitas. Hal ini terjadi juga di kota-kota lain karena lingkungan kota membentuk manusianya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.