Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusaka Wijaya Mukti Milik Pemkot Yogyakarta Dijamas, Miliki Makna Filosofis agar Pegawai Pemkot Tetap Bersih

Kompas.com - 04/08/2022, 18:40 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kamis (4/8/2022), halaman Balai Kota Yogyakarta ramai berkumpul orang-orang dengan mengenakan baju adat jawa.

Di halaman balai kota juga terdapat panggung lengkap dengan gamelan dan sindennya, kegiatan ini merupakan rangkaian jamasan pusaka yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta pada Bulan Suro.

Tombak bernama Wijaya Mukti dikeluarkan dari gedung balai kota diiringi dengan bergada. Sebelum dilakukan upacara jamasan, pusaka dikirab keliling balai kota terlebih dahulu.

Baca juga: Mengapa Bulan Suro Identik dengan Kirab dan Jamasan Pusaka? Ini Penjelasan Budayawan

Setelah kirab keliling Balai Kota Yogyakarta Tombak Wijaya Mukti diletakkan pada sebuah tempat khusus, setelah itu Penjabat (PJ) Wali Kota Yogyakarta Sumadi membuka sarung tombak dan mulai membersihkan ujung tombak tersebut.

Untuk membersihkan pusaka digunakan jeruk nipis yang sudah dibelah dan dihilangkan kulitnya, jeruk nipis lalu dioleskan membersihkan ujung tombak.

Penggunaan jeruk nipis bukanlah tanpa alasan. Sebab, jeruk nipis bertujuan membersihkan karat yang menempel pada tombak.

Setelah dioleskan, mata tombak diguyur air pada kendi yang sudah disiapkan sebelumnya.

Di meja lainnya juga sudaj disiapkan ubo rampe jamasan, seperti ingkung, buah-buahan, hingga nasi beserta lauk pauknya. Di bawah meja juga dibakar kemenyan.

Setelah diguyur air, mata tombak dibersihkan dengan kain sebelum disarungkan kembali, dan diberikan rangkaian bunga melati. Lalu, tombak Wijaya Mukti dikembalikan kedalam gedung Balai Kota Yogyakarta.

Baca juga: Jamasan Pusaka di Puncak Suroloyo Kembali Menyedot Kehadiran Warga dari Berbagai Daerah

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti menjelaskan, jamasan pusaka dilakukan setahun sekali pada Bulan Suro.

Yetti mengungkapkan jamasan pusaka memiliki makna filosofis bagi Pemkot Yogyakarta, yakni sebagai pemerintah sebagai abdi masyarakat sebagai pelayan masyarakat tentunya memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat supaya Pemkot Yogyakarta juga tetap bersih.

"Bersih diri untuk juga bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat yang tujuannya juga bisa menyejahterakan masyarakat," ucap dia, Kamis (4/8/2022).

Ia mengatakan pada jamasan pusaka kali ini hanya ada satu pusaka yang dijamas, namun Yetti berujar tidak menutup kemungkinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga melakukan jamasan di tempat masing-masing.

"Mungkin di OPD-OPD juga biasanya melakukan jamasan pusaka tapi maksudnya ikut tapi ini kebetulan untuk yang tahun ini memang masih dalam konteks keterbatasan, jadi kita masih hanya pusaka Wijaya mukti saja yang dimiliki pemerintah kota Yogyakarta," jelasnya.

Baca juga: 7 Tradisi Peringatan Satu Suro di Jawa, Kirab hingga Jamasan

Prosesi yang dilakukan dalam jamasan ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada di Yogyakarta.

"Ini juga memang selain kita membersihkan pusaka-pusaka yang ada di kota Yogyakarta yang dimiliki oleh pemerintah kota Yogyakarta juga sekaligus sebagai proses untuk pelestarian budaya kota Yogyakarta sendiri supaya masyarakat juga paham bagaimana upaya-upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah kota Yogyakarta, salah satunya dengan proses jamasan pusaka," ungkapnya.

Ia berharap dengan adanya prosesi jamasan pusaka yang dilakukan oleh Pemkot Yogyakarta masyarakat dapat memahami makna filosofis dari jamasan pusaka dan tidak hanya dimaknai sebagai ritual pembersihan.

"Dari abdi dalem kemudian juga dari kami (melakukan jamasan). Terutama dari abdi dalem yang melaksanakan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Yogyakarta
Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Yogyakarta
Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Yogyakarta
Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Yogyakarta
Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Yogyakarta
Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Yogyakarta
Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Yogyakarta
Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Sayangkan Larangan 'Study Tour' di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Sayangkan Larangan "Study Tour" di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Yogyakarta
Beberapa Daerah Larang 'Study Tour', PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang "Study Tour", PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com