Salin Artikel

Pusaka Wijaya Mukti Milik Pemkot Yogyakarta Dijamas, Miliki Makna Filosofis agar Pegawai Pemkot Tetap Bersih

Di halaman balai kota juga terdapat panggung lengkap dengan gamelan dan sindennya, kegiatan ini merupakan rangkaian jamasan pusaka yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta pada Bulan Suro.

Tombak bernama Wijaya Mukti dikeluarkan dari gedung balai kota diiringi dengan bergada. Sebelum dilakukan upacara jamasan, pusaka dikirab keliling balai kota terlebih dahulu.

Setelah kirab keliling Balai Kota Yogyakarta Tombak Wijaya Mukti diletakkan pada sebuah tempat khusus, setelah itu Penjabat (PJ) Wali Kota Yogyakarta Sumadi membuka sarung tombak dan mulai membersihkan ujung tombak tersebut.

Untuk membersihkan pusaka digunakan jeruk nipis yang sudah dibelah dan dihilangkan kulitnya, jeruk nipis lalu dioleskan membersihkan ujung tombak.

Penggunaan jeruk nipis bukanlah tanpa alasan. Sebab, jeruk nipis bertujuan membersihkan karat yang menempel pada tombak.

Setelah dioleskan, mata tombak diguyur air pada kendi yang sudah disiapkan sebelumnya.

Di meja lainnya juga sudaj disiapkan ubo rampe jamasan, seperti ingkung, buah-buahan, hingga nasi beserta lauk pauknya. Di bawah meja juga dibakar kemenyan.

Setelah diguyur air, mata tombak dibersihkan dengan kain sebelum disarungkan kembali, dan diberikan rangkaian bunga melati. Lalu, tombak Wijaya Mukti dikembalikan kedalam gedung Balai Kota Yogyakarta.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti menjelaskan, jamasan pusaka dilakukan setahun sekali pada Bulan Suro.

Yetti mengungkapkan jamasan pusaka memiliki makna filosofis bagi Pemkot Yogyakarta, yakni sebagai pemerintah sebagai abdi masyarakat sebagai pelayan masyarakat tentunya memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat supaya Pemkot Yogyakarta juga tetap bersih.

"Bersih diri untuk juga bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat yang tujuannya juga bisa menyejahterakan masyarakat," ucap dia, Kamis (4/8/2022).

Ia mengatakan pada jamasan pusaka kali ini hanya ada satu pusaka yang dijamas, namun Yetti berujar tidak menutup kemungkinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga melakukan jamasan di tempat masing-masing.

"Mungkin di OPD-OPD juga biasanya melakukan jamasan pusaka tapi maksudnya ikut tapi ini kebetulan untuk yang tahun ini memang masih dalam konteks keterbatasan, jadi kita masih hanya pusaka Wijaya mukti saja yang dimiliki pemerintah kota Yogyakarta," jelasnya.

Prosesi yang dilakukan dalam jamasan ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada di Yogyakarta.

"Ini juga memang selain kita membersihkan pusaka-pusaka yang ada di kota Yogyakarta yang dimiliki oleh pemerintah kota Yogyakarta juga sekaligus sebagai proses untuk pelestarian budaya kota Yogyakarta sendiri supaya masyarakat juga paham bagaimana upaya-upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah kota Yogyakarta, salah satunya dengan proses jamasan pusaka," ungkapnya.

Ia berharap dengan adanya prosesi jamasan pusaka yang dilakukan oleh Pemkot Yogyakarta masyarakat dapat memahami makna filosofis dari jamasan pusaka dan tidak hanya dimaknai sebagai ritual pembersihan.

"Dari abdi dalem kemudian juga dari kami (melakukan jamasan). Terutama dari abdi dalem yang melaksanakan," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/08/04/184009878/pusaka-wijaya-mukti-milik-pemkot-yogyakarta-dijamas-miliki-makna

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke