Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penjual Ternak Saat PMK, Mulai dari Harga Naik hingga Kambing Berkaus Kaki dan Berkacamata

Kompas.com, 6 Juli 2022, 17:23 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Hari Raya Idul Adha akan jatuh pada tanggal 10 Juli 2022 mendatang. Momen ini menjadi berkah bagi para pedagang kambing di Jalan Pramuka, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Di tengah maraknya temuan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) bagi hewan ternak, Estu Widianto (39) tetap bisa menjual puluhan hewan kurban berjenis kambing.

Ia mengungkapkan minat masyarakat untuk berkurban dengan kambing meningkat sejak wabah PMK di Indonesia. Bahkan hingga H-4 Idul Adha, dia telah menjual sebanyak 80 ekor kambing.

Estu melanjutkan bisnis jual beli kambing yang telah 20 tahunan dijalankan orangtuanya. Kandang miliknya tak jauh dari lokasinya berjualan di pinggir Jalan Pramuka. Belasan kambing diikat pada sebuah pagar bambu yang dia buat.

Dia mendapatkan kambing dari Wonosobo yang dikulak sejak dua bulan lalu. Ini agar bisa dijual saat Idul Adha.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya saat, jual beli hewan ternak dari daerah lain harus dilengkapi dengan surat keterangan sehat. Hal itu untuk mencegah meluasnya wabah PMK.

"Ada. Jadi Pemerintah itu dari dinas pertanian izin untuk jual hewan kurban itu sekarang semakin ketat tiap hari itu dipantau oleh dinas tentang kesehatan hewan di wilayah sini. Itu pakai surat sehat dari pengiriman dari misalnya kita beli dari daerah lain itu ada surat sehat nanti dikirim di sini, dipantau perkembangan kesehatan hewannya tiap hari," jelas dia ditemui di Jalan Pramuka, Kota Yogyakarta, Rabu (6/7/2022).

Baca juga: 7 Ekor Kerbau Bergejala PMK, Pasar Hewan di Toraja Utara Ditutup

Saat kambingnya datang dari Wobosobo langsung mendapatkan perhatian khusus. Mulai dari pemberian vitamin hingga obat cacing agar tidak mudah sakit saat datang ke kandang miliknya.

Kambing yang ia jual mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 4 juta. Menurut dia hal itu untuk menyesuaikan keinginan shohibul qurban.

Selain itu, dibanding dengan tahun lalu harga kambing mengalami kenaikan.

"Kenaikannya abtara Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu," kata dia.

Kenaikan harga menurut dia karena banyak shohibul qurban yang takut untuk membeli Sapi karena PMK.

"Tahun ini penjualan meningkat tajam," katanya.

Tahun lalu penjualan kambing di tempatnya saat Idul Adha mencapai 100 ekor. Ia pun optimistis pada tahun ini bisa menjual kambing lebih dari 100 ekor.

"Kalau ini Insya Allah bisa lebih. Waktu juga masih sekitar empat hari, kan ada yang hari Sabtu ada yang hari Minggu kurban ini," kata dia.

Sepengalamannya berjualan shohibul qurban memiliki berbagai kriteria kambing yang diminati. Salah satunya kambing memiliki corak kaos kaki dan berkacamata. Bahkan ada yang memilih kambing yang tidak memiliki tanduk.

"Macam-macam memilihnya kan ada shohibul qurban yang fanatik kurban harus kambing. Ada yang memilih kambing itu memiliki corak kaus kaki. Jadi di kakinya itu berwarna hitam, atau kacamata di sekitar mata bulunya berwarna hitam," ungkap dia.

Pembeli hewan kurban kambing di tempatnya tak hanya dari Kota Yogyakarta, tetapi juga dari Wates Kulon Progo dan Sleman.

Salah satu pembeli Anjas Suwartini (62) mengatakan setiap tahunnya melaksanakan kurban di tempat asalnya yakni Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia kurban di Yogyakarta baru satu kali ini sekaligus untuk menengok anaknya.

"Beli satu kambing aja. Harganya Rp 2,8 juta. Enggak nyari yang gimana-gimana, menyesuaikan budget aja," kata dia.

Mewabahnya PMK tidak membuatnya takut untuk berkurban pada tahun ini. Menurutnya, PMK tidak berpengaruh banyak jika daging dikonsumsi oleh manusia.

"Karena infonya tidak terlalu pengaruh berat dengan manusia itu. Efeknya tidak begitu berat menular ke manusia. Jadinya kita juga ngga terlalu waswas. Kambing juga sehat Insya Allah," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau