Salin Artikel

Cerita Penjual Ternak Saat PMK, Mulai dari Harga Naik hingga Kambing Berkaus Kaki dan Berkacamata

Di tengah maraknya temuan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) bagi hewan ternak, Estu Widianto (39) tetap bisa menjual puluhan hewan kurban berjenis kambing.

Ia mengungkapkan minat masyarakat untuk berkurban dengan kambing meningkat sejak wabah PMK di Indonesia. Bahkan hingga H-4 Idul Adha, dia telah menjual sebanyak 80 ekor kambing.

Estu melanjutkan bisnis jual beli kambing yang telah 20 tahunan dijalankan orangtuanya. Kandang miliknya tak jauh dari lokasinya berjualan di pinggir Jalan Pramuka. Belasan kambing diikat pada sebuah pagar bambu yang dia buat.

Dia mendapatkan kambing dari Wonosobo yang dikulak sejak dua bulan lalu. Ini agar bisa dijual saat Idul Adha.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya saat, jual beli hewan ternak dari daerah lain harus dilengkapi dengan surat keterangan sehat. Hal itu untuk mencegah meluasnya wabah PMK.

"Ada. Jadi Pemerintah itu dari dinas pertanian izin untuk jual hewan kurban itu sekarang semakin ketat tiap hari itu dipantau oleh dinas tentang kesehatan hewan di wilayah sini. Itu pakai surat sehat dari pengiriman dari misalnya kita beli dari daerah lain itu ada surat sehat nanti dikirim di sini, dipantau perkembangan kesehatan hewannya tiap hari," jelas dia ditemui di Jalan Pramuka, Kota Yogyakarta, Rabu (6/7/2022).

Saat kambingnya datang dari Wobosobo langsung mendapatkan perhatian khusus. Mulai dari pemberian vitamin hingga obat cacing agar tidak mudah sakit saat datang ke kandang miliknya.

Kambing yang ia jual mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 4 juta. Menurut dia hal itu untuk menyesuaikan keinginan shohibul qurban.

Selain itu, dibanding dengan tahun lalu harga kambing mengalami kenaikan.

"Kenaikannya abtara Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu," kata dia.

Kenaikan harga menurut dia karena banyak shohibul qurban yang takut untuk membeli Sapi karena PMK.

"Tahun ini penjualan meningkat tajam," katanya.

Tahun lalu penjualan kambing di tempatnya saat Idul Adha mencapai 100 ekor. Ia pun optimistis pada tahun ini bisa menjual kambing lebih dari 100 ekor.

"Kalau ini Insya Allah bisa lebih. Waktu juga masih sekitar empat hari, kan ada yang hari Sabtu ada yang hari Minggu kurban ini," kata dia.

Sepengalamannya berjualan shohibul qurban memiliki berbagai kriteria kambing yang diminati. Salah satunya kambing memiliki corak kaos kaki dan berkacamata. Bahkan ada yang memilih kambing yang tidak memiliki tanduk.

"Macam-macam memilihnya kan ada shohibul qurban yang fanatik kurban harus kambing. Ada yang memilih kambing itu memiliki corak kaus kaki. Jadi di kakinya itu berwarna hitam, atau kacamata di sekitar mata bulunya berwarna hitam," ungkap dia.

Pembeli hewan kurban kambing di tempatnya tak hanya dari Kota Yogyakarta, tetapi juga dari Wates Kulon Progo dan Sleman.

Salah satu pembeli Anjas Suwartini (62) mengatakan setiap tahunnya melaksanakan kurban di tempat asalnya yakni Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia kurban di Yogyakarta baru satu kali ini sekaligus untuk menengok anaknya.

"Beli satu kambing aja. Harganya Rp 2,8 juta. Enggak nyari yang gimana-gimana, menyesuaikan budget aja," kata dia.

Mewabahnya PMK tidak membuatnya takut untuk berkurban pada tahun ini. Menurutnya, PMK tidak berpengaruh banyak jika daging dikonsumsi oleh manusia.

"Karena infonya tidak terlalu pengaruh berat dengan manusia itu. Efeknya tidak begitu berat menular ke manusia. Jadinya kita juga ngga terlalu waswas. Kambing juga sehat Insya Allah," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/07/06/172308078/cerita-penjual-ternak-saat-pmk-mulai-dari-harga-naik-hingga-kambing

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke