Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Yogyakarta, Ridwan Kamil Minta Doa ke Haedar Nashir

Kompas.com, 6 April 2022, 07:47 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Berkunjung ke Yogyakarta, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bertemu Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir untuk meminta doa.

Kang Emil, sapaan akrabnya, mengatakan dia berniat bertemu dengan beberapa tokoh, yakni Haedar Nashir, seniman Butet Kertarajasa, dan berkunjung ke Masjid Jogokariyan, Kota Yogyakarta.

"Saya minta doa. Masa ke Yogyakarta gak mampir ke kantor pusat Muhammadiyah, nggak afdol," kata dia di Masjid Kampus UGM, Selasa (5/4/2022).

Baca juga: Cerita Ridwan Kamil Tahu Diundang Jadi Penceramah di Masjid UGM dari Medsos

Disinggung soal apakah doa yang diminta terkait dengan rencana dirinya mencalonkan diri sebagai calon presiden 2024, Emil membantahnya.

"Gak ada, kebetulan Pak Haedar ini bikin rumah sakit di kampung halamannya di Kabupaten Bandung. Jadi wilayah saya, saya sebagai gubernur ingin membantu keberhasilan rumah sakit di sana," katanya.

Ia juga mengaku siap jika pada pemilu 2024 nanti dipasangkan dengan siapa saja. Menurutnya dari pengalaman pemilu presiden bahkan kepala daerah jarang sekali calon memilih sendiri pasangannya.

"Dalam politik dijodohkan dengan siapa saja harus siap. Pengalaman jarang ada pengantin politik bisa memilih sendiri jodohnya, jadi nikah dulu baru mencintai," kata dia.

Ia menambahkan dirinya siap jika dipasangkan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Ketua DPR RI Puan Maharani.

"Kan udah dibilang orang kaya saya harus berani menikahi baru mencintai," kata dia.

Baca juga: Ridwan Kamil Minta Satgas Citarum Harum Lebih Tegas Melakukan Penegakan Hukum di Kawasan Aliran Sungai

Sebelumnya, Berembus isu duet Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk Pilpres 2024 mendatang.

Ini bermula dari unggahan video di akun Instagram resmi Anies, @aniesbaswedan pada Rabu (16/2/2022).

Dalam video tersebut nampak ia sedang menjajal lapangan Jakarta International Stadium (JIS) bersama Ridwan Kamil dengan melakukan adu penalti.

Video itu diakhiri dengan pose Anies dan Ridwan Kamil berangkulan sambil masing-masing mengepalkan tangan.

Unggahan video itu seolah menunjukkan keakraban keduanya, apalagi disertai dengan caption "Terima kasih Kang Emil sudah datang dan sparing di JIS. Di dalam lapangan boleh berhadapan, tapi di luar lapangan sama-sama tim bubur diaduk," demikian tulis Anies.

Tak mau kalah, Ridwan Kamil pun mengunggah video serupa di akun Instagram resminya, @ridwankamil. Bahkan, pria yang akrab disapa Emil itu mengunggah dua video dirinya adu penalti dengan Anies.

Baca juga: Buka Puasa di Rumah Warga, Ridwan Kamil Ajak Masyarakat Jabar Tingkatkan Ibadah Selama Ramadhan

Publik pun riuh. Banyak yang menduga keakraban keduanya merupakan sinyal menuju pemilihan presiden (pilpres) 2024.

Mungkinkah duet Anies Baswedan-Ridwan Kamil terealisasi?

Terganjal tiket partai

Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro mengungkap, baik Anies maupun Ridwan Kamil sama-sama punya modal elektabilitas yang cukup tinggi.

Hasil survei Indikator Politik Indonesia selama beberapa bulan terakhir menunjukkan, Anies selalu masuk 3 besar kandidat capres potensial, bersaing dengan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Sementara, masih menurut survei Indikator Politik Indonesia, Ridwan Kamil juga merupakan salah satu cawapres potensial.

Namun demikian, Bawono mengatakan, tidak mudah bagi kedua figur ini untuk bisa mewujudkan duet di Pilpres mendatang.

"Baik Anies Baswedan maupun Ridwan Kamil tidak memiliki basis politik partai. Mereka bukan kader dari partai politik mana pun," kata Bawono kepada Kompas.com, Kamis (17/2/2022).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau