Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sentra Jamu Gendong di Sleman, dari Jualan Keliling Digendong Sampai Dapat Pesanan Hotel-hotel

Kompas.com, 29 Maret 2022, 15:58 WIB
Wijaya Kusuma,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat tentu tidak asing dengan jamu tradisional. Jamu merupakan warisan nenek moyang yang digunakan sejak zaman dahulu untuk menjaga kesehatan, mencegah maupun menyembuhkan penyakit.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terdapat beberapa lokasi sentra jamu tradisional. Salah satunya berada di Kabupaten Sleman tepatnya di Dusun Gesikan, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel.

Di Dusun Gesikan, terdapat puluhan warga yang hingga kini masih setia menekuni usaha pembuatan jamu tradisional. Tak hanya orang tua, beberapa anak muda pun turut menjaga kelestarian jamu tradisional ini.

Baca juga: Minum Beras Kencur di Sentra Jamu Gendong Sleman, Sandiaga Uno: Rasanya Uenaaakk...

Ketua Paguyuban Jamu Gendong "Bima Sejahtera" Gesikan, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman, Sarjono menceritakan aktivitas meracik jamu di dusunnya sudah ada sejak nenek moyang.

"Sudah ada sejak nenek moyang, kita ini cuma meneruskan. Peninggalan nenek moyang berupa Pipisan (alat tradisional dari batu untuk meracik jamu) itu sampai habis karena benek moyang itu sudah meracik jamu di Gesikan," ujar Sarjono, Senin (28/3/2022).

Sekitar 1980 silam, ada salah satu orang meracik jamu untuk dijual. Dari usaha produksi jamu tradisional ini, mampu mendongkrak perekonomian keluarga menjadi lebih baik.

Dari situlah, kemudian warga di Gesikan mulai menggeluti meracik jamu tradisional untuk dijual.

"Saya membikin kelompok ada 20 orang itu tahun 90-an. Kemudian di 2004, saya cetuskan untuk warga masuk dan menjadi anggota ada 30 orang. Sampai saat ini ada 40 an," ungkapnya.

Jamu tradisional yang diproduksi di sentra Gesikan mulai dari beras kencur, kunir asem dan temu lawak. Selain itu juga dikembangkan dengan memproduksi wedang uwuh, wedang kayu putih, wedang serai, hingga wedang secang.

Baca juga: Penjual Jamu Gendong Ditemukan Tewas di Sungai, Ini Dugaan Polisi

Bahan-bahan untuk meracik jamu masyarakat menanam sendiri. Namun juga ada masyarakat yang membeli bahan-bahan untuk meracik jamu.

"Sebagian besar membeli karena kalau menanam tidak mencukupi juga," ungkapnya.

Dahulu warga Gesikan menjual jamu tradisional dengan cara digendong. Mereka berjalan kaki menjual jamu di sekitar wilayah Sleman. Bahkan ada yang berjalan kaki menjual jamu sampai ke wilayah Magelang sisis timur.

"Kalau sekarang door to door, istilahnya mengantarkan sampai rumah pelanggan-pelanggan, jadi satu dengan yang lain punya pelanggan beda-beda. Sekarang menggunakan sepeda motor," ungkapnya.

Beberapa waktu lalu sentra jamu gendong Gesikan dikunjungi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Di dalam kunjungannya, Sandiaga Uno sempat mencicipi jamu dan berdialog dengan warga Gesikan yang menggeluti usaha jamu tradisional.

Baca juga: Tak Pulang 2 Hari, Wanita Penjual Jamu Gendong Ditemukan Tewas di Sungai, Ini Kronologinya

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau