Salin Artikel

Sentra Jamu Gendong di Sleman, dari Jualan Keliling Digendong Sampai Dapat Pesanan Hotel-hotel

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terdapat beberapa lokasi sentra jamu tradisional. Salah satunya berada di Kabupaten Sleman tepatnya di Dusun Gesikan, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel.

Di Dusun Gesikan, terdapat puluhan warga yang hingga kini masih setia menekuni usaha pembuatan jamu tradisional. Tak hanya orang tua, beberapa anak muda pun turut menjaga kelestarian jamu tradisional ini.

Ketua Paguyuban Jamu Gendong "Bima Sejahtera" Gesikan, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman, Sarjono menceritakan aktivitas meracik jamu di dusunnya sudah ada sejak nenek moyang.

"Sudah ada sejak nenek moyang, kita ini cuma meneruskan. Peninggalan nenek moyang berupa Pipisan (alat tradisional dari batu untuk meracik jamu) itu sampai habis karena benek moyang itu sudah meracik jamu di Gesikan," ujar Sarjono, Senin (28/3/2022).

Sekitar 1980 silam, ada salah satu orang meracik jamu untuk dijual. Dari usaha produksi jamu tradisional ini, mampu mendongkrak perekonomian keluarga menjadi lebih baik.

Dari situlah, kemudian warga di Gesikan mulai menggeluti meracik jamu tradisional untuk dijual.

"Saya membikin kelompok ada 20 orang itu tahun 90-an. Kemudian di 2004, saya cetuskan untuk warga masuk dan menjadi anggota ada 30 orang. Sampai saat ini ada 40 an," ungkapnya.

Jamu tradisional yang diproduksi di sentra Gesikan mulai dari beras kencur, kunir asem dan temu lawak. Selain itu juga dikembangkan dengan memproduksi wedang uwuh, wedang kayu putih, wedang serai, hingga wedang secang.

Bahan-bahan untuk meracik jamu masyarakat menanam sendiri. Namun juga ada masyarakat yang membeli bahan-bahan untuk meracik jamu.

"Sebagian besar membeli karena kalau menanam tidak mencukupi juga," ungkapnya.

Dahulu warga Gesikan menjual jamu tradisional dengan cara digendong. Mereka berjalan kaki menjual jamu di sekitar wilayah Sleman. Bahkan ada yang berjalan kaki menjual jamu sampai ke wilayah Magelang sisis timur.

"Kalau sekarang door to door, istilahnya mengantarkan sampai rumah pelanggan-pelanggan, jadi satu dengan yang lain punya pelanggan beda-beda. Sekarang menggunakan sepeda motor," ungkapnya.

Beberapa waktu lalu sentra jamu gendong Gesikan dikunjungi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Di dalam kunjungannya, Sandiaga Uno sempat mencicipi jamu dan berdialog dengan warga Gesikan yang menggeluti usaha jamu tradisional.

"Rencana ke depan menjadi wisata kesehatan. Sejak itu (kunjungan Sandiaga Uno) pesanan dari hotel-hotel mulai ada," tuturnya.

Wisatawan dari luar negeri, lanjut Sarjono, juga pernah ada yang berkunjung ke Gesikan. Mereka datang untuk melihat proses pembuatan dan sekaligus menikmati jamu tradisonal.

Dusun Gesikan sebagai sentra jamu tradisional saat ini juga mulai dikunjungi rombongan dari sekolah-sekolah. Mereka datang untuk melihat dan belajar langsung proses pembuatan jamu tradisional.

"Dari sekolahan-sekolahan banyak yang mau berlatih di sini juga. Anak-anak ke sini untuk belajar, menambah wawasan. Besok hari Rabu dari SMA juga ada yang mau ketempat saya," urainya.

Menurut Sarjono warga yang menekuni jamu tradisional di Gesikan tidak hanya ibu-ibu tetapi juga bapak-bapak. Usaha jamu tradisional jika ditekuni dengan rajin dapat untuk menghidupi keluarga.

"Kemauanya tinggi, ditekuni, ada salah satunya itu memang digeluti sehari-hari keliling jamu ya cukup untuk membiayai kuliah anaknya," tegasnya.

Sarjono mengungkapkan beberapa anak muda di Gesikan sudah mulai menggeluti usaha jamu gendong. Mereka ingin melestarikan jamu gendong yang sudah diwariskan oleh nenek moyang.

"Sudah mulai ada satu dua yang istilahnya dulu kerja di pabrik-pabrik itu keluar dan akhirnya mengeluti ini juga. Ya melestarikan, lalu (alasanya) kerja tidak diatur, waktu luang untuk keluarga bisa tercukupi," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/03/29/155834478/sentra-jamu-gendong-di-sleman-dari-jualan-keliling-digendong-sampai-dapat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke