Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakpia 378, Buatan Warga Binaan Lapas Wirogunan yang Sudah Laku Ribuan Dus

Kompas.com, 23 Februari 2022, 17:18 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Warga binaan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Yogyakarta atau sering disebut Lapas Wirogunan tampak sibuk sejak pagi.

Pada 08.00 WIB dengan mengenakan seragam biru sebanyak delapan warga binaan mulai beraktivitas.

Mereka masuk ke dalam gedung beraksitektur Belanda untuk membuat makanan khas Yogyakarta yakni bakpia.

Baca juga: Libur Tahun Baru, Berkah bagi Perajin Bakpia di Yogyakarta

Warga binaan membagi tugas dalam membuat bakpia, ada yang bertugas merebus kacang hijau, ada yang bertugas memanggang, mengisi kulit bakpia dengan kacang hijau, hingga bertugas membungkus bakpia kedalam dus bakpia.

Bakpia jajanan khas Yogyakarta ini identik penamaannya dengan angka.

Angka yang dipilih untuk merek dagang bakpia warga binaan lapas Wirogunan ini cukup unik yakni Bakpia Mbah Wiro 378.

warga binaan saat mulai memasak bakpia, Selasa (22/02/2022)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO warga binaan saat mulai memasak bakpia, Selasa (22/02/2022)

378 di ranah hukum merupakan pasal yang mengatur soal penipuan, sehingga dinilai memiliki keunikan sendiri jika digunakan sebagai merek bakpia yang dibuat oleh para warga binaan Lapas Wirogunan.

Setiap harinya para warga binaan dapat memproduksi bakpia sebanyak 30 hingga 50 dus, satu dus berisi 20 buah bakpia.

Baca juga: Manfaatkan Penjualan Online, Industri Bakpia Rumahan Mulai Bangkit dari Pandemi

Rasanya tak kalah dengan bakpia yang dijual di sentra-sentra oleh-oleh di Yogyakarta.

Rasa manisnya tidak terlalu dominan, isi kacang ijo bakpia terasa lembut, kulitnya juga tidak tebal.

Bakpia tanpa bahan pengawet ini sanggup bertahan selama 5 hingga 10 hari.

Bakpia Mbah Wiro 378 ini baru berjalan kurang kebih 2 bulan.

Saat ini pelanggan bakpia 378 masih berasal di kalangan karyawab lapas atau karyawan dari Kementerian Hukum Hak Asasi dan Manusia (Kemenkumham).

warga binaan saat mulai memasak bakpia, Selasa (22/02/2022)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO warga binaan saat mulai memasak bakpia, Selasa (22/02/2022)
Salah satu warga binaan yang ikut memproduksi Bakpia Mbah Wiro 378 ini adalah D.

Dia belajar membuat bakpia sudah selama 6 bulan ini. Selama belajar membuat bakpia dia tidak menemukan kendala yang berarti.

"Sudah belajar kurang lebih 6 bulan, selama ini masih lancar," katanya, Selasa (22/02/2022).

D mulai bercerita proses pembuatan Bakpia Mbah Wiro 378 dimulai dengan merendam kacang hijau selama satu malam.

Setelah itu, kacang hijau mulai dikukus dan dibumbui. Proses selanjutnya ialah mencetak atau mengisi kukit bakpia denga kacang hijau dan memanggang bakpia.

"Dari nol sampai jadi memakan waktu 3 sampai 4 jam," kata dia.

Baca juga: DI Yogyakarta Akui Kesulitan Atur Wisatawan yang Datang, Kasus Harian Covid-19 Tembus 2.450

Untuk sementara ini bakpia yang diproduksi hanya satu rasa karena berbagai keterbatasan yang harus dihadapi oleh warga binaan lapas, warga binaan kesulitan untuk mencukupi pesanan.

"Sehari paling 50 dus satu dus isi 20 bakpia," kata dia.

Dia berharap dengan mengikuti pelatihan membuat bakpia ini setelah masa tahanannya selesainya dapat mempraktikan ilmu yang didapat untuk mencari nafkah bagi keluarganya.

"Semoga bisa dapat ilmu lebih banyak supaya bisa buat modal di luar," ucap dia.

Kepala Sekai Kegiatan Kerja Lapas Wirogunan Wachid Kurniawan menyampaikan Bakpia buatan para warga binaan sekarang dijual dengan cara daring.

Bakpia dijual melalui nomor whatsapp tang ada di dus bakpia. Pihaknya belum berani menjual secara online karena saat ini untuk produksi masih kewalahan.

"By kontak dulu takutnya kalau online misal ada pesanan malam hari warga binaan perlu istirahat. Kita banyaknya yang beli pegawai yang pesan," kata dia.

Baca juga: Ombudsman RI DI Yogyakarta Ungkap Pedagang Minyak Goreng di Pasar Tradisional Kulakan ke Pasar Modern

Untuk bekerja sama dengan sentra oleh-oleh juga belum bisa dilakukan karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas.

Bahkan beberapa waktu lalu menurut dia warga binaan harus lembur hingga 03.00 WIB untuk memenuhi pesanan.

"Anak-anak kewalahan untuk sekarang ini. Bahkan kemarin sempat lembur sampai jam 3 pagi," katanya.

Dari awal produksi yaitu pada akhir tahun lalu hingga sekarang dia memperkirakan sudah ribuan bakpia sudah terjual.

"Setahu saya seribu dus ada karena kalau dihitung kemarin beli dus rata-rata 100 buah," ungkapnya.

Kepala Lapas Wirogunan Soleh Joko Sutopo menambahkan pelatihan pembuatan bakpia ini berdampak positif bagi para warga binaan lapas Wirogunan selain mendapatkan kemampuan pembuatan bakpia warga binaan juga mendapatkan premi.

"Kami memberikan pelatihan bekal bagi mereka supaya saat sudah keluar dari lapas menyelesaikan masa pidana memiliki keterampilan yang bisa dimanfaatkan. Selain itu mereka juga mendapatkan premi dari hasil penjualan bakpia, harapan kami tidak merepotkan keluarga yang diluar," jelas dia.

"Premi ini bisa membantu kebutuhan mereka di luar dari kebutuhan yang sudah kita siapkan," imbuh Soleh.

Baca juga: Guru SD di Klaten Terima Ganti Rugi Tol Solo-Yogyakarta Rp 2,3 Miliar: Saya Belikan Sawah

Soal nama Soleh menjelaskan bahwa Lapas Yogyakarta ini lebih dikenal namanya dengan Lapas Wirogunan.

Padahal Wirogunan sendiri adalah nama Kampung, ini membuktikan bahwa lapas sudah menyatu dengan kamlung Wirogunan.

Dengan ini pihaknya ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa Lapas Wirogunan memberikan pembinaan.

"378 hanya angka, kemasan butuh angka menarik ada yang pakai 25, 75. Kita punya 378 orang hukum tahu ini pasal penipuan. Stigmanya kalau ini enggak enak tetapi setelah dicicipi ternyata enak nah ini kan masuk penipuan," ujarnya sambil tertawa.

Baca juga: Daftar Tempat Karantina Covid-19 di Wilayah Yogyakarta, Lengkap dengan Daya Tampung dan Nomor Kontak

Selain mendapatkan skill membuat bakpia dan premi, lapas Wirogunan juga membuktikan bahwa lapas ini memberikan pelatihan dengan cara humanis, agar masyarakat dapat menerima.

"Supaya masyarakat juga bisa menerima, hal itu yang berat kami butuh peran serta masyarakat membantu kami. Tidak hanya dibebankan kami tiga elemen penting petugas, warga binaan dan masyarakat agar setelah keluar tidak melajukan perbuatannya lagi (melanggar hukum)," pungkas dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau