Salin Artikel

Bakpia 378, Buatan Warga Binaan Lapas Wirogunan yang Sudah Laku Ribuan Dus

Pada 08.00 WIB dengan mengenakan seragam biru sebanyak delapan warga binaan mulai beraktivitas.

Mereka masuk ke dalam gedung beraksitektur Belanda untuk membuat makanan khas Yogyakarta yakni bakpia.

Warga binaan membagi tugas dalam membuat bakpia, ada yang bertugas merebus kacang hijau, ada yang bertugas memanggang, mengisi kulit bakpia dengan kacang hijau, hingga bertugas membungkus bakpia kedalam dus bakpia.

Bakpia jajanan khas Yogyakarta ini identik penamaannya dengan angka.

378 di ranah hukum merupakan pasal yang mengatur soal penipuan, sehingga dinilai memiliki keunikan sendiri jika digunakan sebagai merek bakpia yang dibuat oleh para warga binaan Lapas Wirogunan.

Setiap harinya para warga binaan dapat memproduksi bakpia sebanyak 30 hingga 50 dus, satu dus berisi 20 buah bakpia.

Rasanya tak kalah dengan bakpia yang dijual di sentra-sentra oleh-oleh di Yogyakarta.

Rasa manisnya tidak terlalu dominan, isi kacang ijo bakpia terasa lembut, kulitnya juga tidak tebal.

Bakpia tanpa bahan pengawet ini sanggup bertahan selama 5 hingga 10 hari.

Bakpia Mbah Wiro 378 ini baru berjalan kurang kebih 2 bulan.

Saat ini pelanggan bakpia 378 masih berasal di kalangan karyawab lapas atau karyawan dari Kementerian Hukum Hak Asasi dan Manusia (Kemenkumham).

Dia belajar membuat bakpia sudah selama 6 bulan ini. Selama belajar membuat bakpia dia tidak menemukan kendala yang berarti.

"Sudah belajar kurang lebih 6 bulan, selama ini masih lancar," katanya, Selasa (22/02/2022).

D mulai bercerita proses pembuatan Bakpia Mbah Wiro 378 dimulai dengan merendam kacang hijau selama satu malam.

Setelah itu, kacang hijau mulai dikukus dan dibumbui. Proses selanjutnya ialah mencetak atau mengisi kukit bakpia denga kacang hijau dan memanggang bakpia.

"Dari nol sampai jadi memakan waktu 3 sampai 4 jam," kata dia.

Untuk sementara ini bakpia yang diproduksi hanya satu rasa karena berbagai keterbatasan yang harus dihadapi oleh warga binaan lapas, warga binaan kesulitan untuk mencukupi pesanan.

"Sehari paling 50 dus satu dus isi 20 bakpia," kata dia.

Dia berharap dengan mengikuti pelatihan membuat bakpia ini setelah masa tahanannya selesainya dapat mempraktikan ilmu yang didapat untuk mencari nafkah bagi keluarganya.

"Semoga bisa dapat ilmu lebih banyak supaya bisa buat modal di luar," ucap dia.

Kepala Sekai Kegiatan Kerja Lapas Wirogunan Wachid Kurniawan menyampaikan Bakpia buatan para warga binaan sekarang dijual dengan cara daring.

Bakpia dijual melalui nomor whatsapp tang ada di dus bakpia. Pihaknya belum berani menjual secara online karena saat ini untuk produksi masih kewalahan.

"By kontak dulu takutnya kalau online misal ada pesanan malam hari warga binaan perlu istirahat. Kita banyaknya yang beli pegawai yang pesan," kata dia.

Untuk bekerja sama dengan sentra oleh-oleh juga belum bisa dilakukan karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas.

Bahkan beberapa waktu lalu menurut dia warga binaan harus lembur hingga 03.00 WIB untuk memenuhi pesanan.

"Anak-anak kewalahan untuk sekarang ini. Bahkan kemarin sempat lembur sampai jam 3 pagi," katanya.

Dari awal produksi yaitu pada akhir tahun lalu hingga sekarang dia memperkirakan sudah ribuan bakpia sudah terjual.

"Setahu saya seribu dus ada karena kalau dihitung kemarin beli dus rata-rata 100 buah," ungkapnya.


Kepala Lapas Wirogunan Soleh Joko Sutopo menambahkan pelatihan pembuatan bakpia ini berdampak positif bagi para warga binaan lapas Wirogunan selain mendapatkan kemampuan pembuatan bakpia warga binaan juga mendapatkan premi.

"Kami memberikan pelatihan bekal bagi mereka supaya saat sudah keluar dari lapas menyelesaikan masa pidana memiliki keterampilan yang bisa dimanfaatkan. Selain itu mereka juga mendapatkan premi dari hasil penjualan bakpia, harapan kami tidak merepotkan keluarga yang diluar," jelas dia.

"Premi ini bisa membantu kebutuhan mereka di luar dari kebutuhan yang sudah kita siapkan," imbuh Soleh.

Soal nama Soleh menjelaskan bahwa Lapas Yogyakarta ini lebih dikenal namanya dengan Lapas Wirogunan.

Padahal Wirogunan sendiri adalah nama Kampung, ini membuktikan bahwa lapas sudah menyatu dengan kamlung Wirogunan.

Dengan ini pihaknya ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa Lapas Wirogunan memberikan pembinaan.

"378 hanya angka, kemasan butuh angka menarik ada yang pakai 25, 75. Kita punya 378 orang hukum tahu ini pasal penipuan. Stigmanya kalau ini enggak enak tetapi setelah dicicipi ternyata enak nah ini kan masuk penipuan," ujarnya sambil tertawa.

Selain mendapatkan skill membuat bakpia dan premi, lapas Wirogunan juga membuktikan bahwa lapas ini memberikan pelatihan dengan cara humanis, agar masyarakat dapat menerima.

"Supaya masyarakat juga bisa menerima, hal itu yang berat kami butuh peran serta masyarakat membantu kami. Tidak hanya dibebankan kami tiga elemen penting petugas, warga binaan dan masyarakat agar setelah keluar tidak melajukan perbuatannya lagi (melanggar hukum)," pungkas dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/23/171843678/bakpia-378-buatan-warga-binaan-lapas-wirogunan-yang-sudah-laku-ribuan-dus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke