Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rayakan Imlek, Dokter Tionghoa di Kulon Progo Bagi-bagi Kue Keranjang

Kompas.com, 31 Januari 2022, 15:48 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com– Apel pegawai Puskesmas I Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berlangsung di bawah siraman hangat matahari pagi sebelum pukul 08.00 WIB.

Lebih dari 80 pegawai, mulai dari dokter, perawat hingga pegawai kantor, mengikuti apel rutin tiap hari Senin. Namun, apel kali ini berbeda dengan Senin di waktu-waktu sebelumnya.

Kepala Puskesmas I Sentolo, Dokter Renny Lo, memimpin apel yang berlangsung singkat.

Baca juga: Pemkot Pontianak Tiadakan Karnaval dan Festival Budaya Perayaan Imlek dan Cap Go Meh

Ia lantas membagikan pada masing-masing pegawai sebuah paket kecil berisi panganan serba manis. Paling menonjol adalah kue keranjang, manisan berbagai rasa dan kue beras.

Para pegawai Puskesmas itu agaknya sudah hafal panganan itu.

Mereka mengawali dengan mengucap salam sambil menyatukan kepal tangan di dada. Renny lalu memberi satu demi satu paket panganan itu.

“Apel sebenarnya biasa tapi istimewa karena besok Imlek. Kami keluarga Tionghoa, saya kebetulan kepala puskesmas, saya bawa oleh-oleh snack Imlek,” kata Renny usai apel di halaman parkir samping kompleks Puskesmas I Sentolo, Senin (31/1/2022).

Kepala Puskesmas I Sentolo, Dokter Renny Lo, merayakan Imlek atau tahun baru China dengan membagi pada masing-masing pegawai sebuah paket kecil berisi kue keranjang dan makanan serba manis di Puskesmas I Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Kepala Puskesmas I Sentolo, Dokter Renny Lo, merayakan Imlek atau tahun baru China dengan membagi pada masing-masing pegawai sebuah paket kecil berisi kue keranjang dan makanan serba manis di Puskesmas I Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tahun Baru Imlek 2573 jatuh pada Selasa (1/2/2022). Kue keranjang selalu jadi panganan khas menyambut tahun baru di kalangan keluarga Tionghoa.

Baca juga: Satpol PP Kewalahan Urai Kerumunan Ribuan Warga yang Saksikan 1.000 Lampion Imlek di Solo

Panganan itu manis dan agak kenyal. Menurut Renny, kue itu menggambarkan proses perjalanan manusia di tengah tantangan dan kesulitan. Hasil tidak mengkhianati proses.  Ketekunan dan usaha akan berakhir manis.

Hari itu selalu jadi peristiwa besar bagi suku Tionghoa, termasuk dokter Renny.

Ia keturunan Tionghoa asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Keluarga besarnya masih berada di Tasikmalaya.

Kepala Puskesmas I Sentolo, Dokter Renny Lo, merayakan Imlek atau tahun baru China dengan membagi pada masing-masing pegawai sebuah paket kecil berisi kue keranjang dan makanan serba manis di Puskesmas I Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Kepala Puskesmas I Sentolo, Dokter Renny Lo, merayakan Imlek atau tahun baru China dengan membagi pada masing-masing pegawai sebuah paket kecil berisi kue keranjang dan makanan serba manis di Puskesmas I Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Renny menceritakan, ia masih memegang tradisi Tionghoa, terutama Imlek.

Seperti di tahun-tahun sebelumnya, ia membagikan panganan khas itu pada pegawai di kantornya.

Kegiatan itu sudah dilakukannya sejak lama, bahkan sebelum bertugas di Kulon Progo.

Baca juga: Ribuan Warga Tumpah Ruah di Kawasan Pasar Gede Solo, Saksikan 1.000 Lampion Imlek Menyala

Kesempatan-kesempatan itu dilakukan sekaligus mengingatkan mereka hidup di tengah keberagaman.

“Ini gambaran ucapan syukur. (Sekaligus) ini sebagai gambaran bahwa budaya Tionghoa yang masih tetap hidup dalam diri saya. Saya harus bisa berbaur dengan teman lain, terlebih sebagai aparatur sipil negara,” kata Renny.

“Kami menekankan keberagaman itu indah. Tetap indah di mana bisa saling menghormati satu dengan lainnya. Kita bisa belajar banyak di sana,” kata Renny.

Kepala Puskesmas I Sentolo, Dokter Renny Lo, merayakan Imlek atau tahun baru China dengan membagi pada masing-masing pegawai sebuah paket kecil berisi kue keranjang dan makanan serba manis di Puskesmas I Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Kepala Puskesmas I Sentolo, Dokter Renny Lo, merayakan Imlek atau tahun baru China dengan membagi pada masing-masing pegawai sebuah paket kecil berisi kue keranjang dan makanan serba manis di Puskesmas I Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dokter Renny berkarya sebagai dokter mulai di Tasikmalaya, Bantul, lalu ke Kalimantan Barat.

Ia kemudian ke Kulon Progo sejak 13 tahun lalu. Renny hidup di tengah budaya Jawa, sejak menikah dengan pria asal Kulon Progo.

Baca juga: Jelang Imlek, Kelenteng di Palembang Mulai Lakukan Tradisi Cuci Patung Dewa

Namun, kata Renny, ia masih mengajarkan pada anak-anaknya tentang budaya ibu dan keluarganya.

Imlek jadi waktu keluarga berkumpul, makan bersama, saling mengunjungi, dan berbagi terutama pada keluarga kurang mampu.

Hal itu membangkitkan rasa menghargai nilai keluarga, selalu dikenang dan akan terus diajarkan pada anak-anaknya.

“Pesan orangtua bahwa budaya Tionghoa tetap harus diajarkan pada anak cucu. Agar mereka tahu leluhur, apa itu Imlek, belajar apa makna terdalam Imlek. Meski nantinya hidup dalam kultur budaya Jawa. Tapi budaya imlek harus dikenang sebagai penghormatan pada para leluhur,” kata Renny.

Sekadar diketahui, kegiatan suku Tionghoa di Kulon Progo nyaris tidak terdengar. Pasalnya jumlahnya sangat sedikit, bahkan sudah berakulturasi dengan masyarakat setempat.

Berbeda dengan kehidupan masyarakat Kulon Progo di masa lalu, masyarakat suku Tionghoa sangat banyak, setidaknya dilihat dari adanya monumen penanda berbentuk tugu Pagoda yang ada di teteg wetan (pintu kereta api Timur) Kota Wates.

Tugu itu berdiri pada 1931 itu jadi simbol bahwa hubungan Pemerintah Kulon Progo, warga dan warga Tionghoa terjalin kuat di masa lalu.

Baca juga: Perayaan Hari Raya Imlek di Jateng Ditetapkan Sesuai Level di Daerah

Kini, jumlahnya makin sedikit dan aktivitasnya nyaris tidak lagi terdengar.

“Kita syukuri. Intinya saya bisa masuk dan bekerja sama dengan semuanya. Kami melebur saja. Saat melebur, kita bisa sama-sama berbuat, membangun dan membawa puskesmas ini mau bawa ke mana dan seterusnya,” kata Renny.

Ditemui terpisah, dokter umum puskesmas, Arum Ermi Wijayanti mengungkapkan, menyukai rasa manis panganan khas Imlek itu. Ia berencana akan makan selagi sambil bekerja.

“Kita ikut senang ikut merayakan. Kebetulan sejak Ibu di sini, kami dapat menu seperti ini. Rasa (panganan ini) manis dan legit. Kebetulan kami orang Jawa cocok untuk makanan dengan rasa yang manis manis,” kata Arum.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau