Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Omicron Terdeteksi di Jateng

Kompas.com, 22 Januari 2022, 07:10 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Covid-19 varian Omicron terdeteksi di Jawa Tengah (Jateng).

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang (Kabid) Humas Kepolisian Daerah (Polda) Jateng Kombes Pol M Iqbal Alqudusy.

Iqbal mengatakan, terdapat sembilan kasus positif Omicron di Jawa Tengah.

Kasus-kasus positif Omicron itu terdapat di Kota Semarang (6 kasus), Kota Pekalongan (1 kasus), Sukoharjo (1 kasus), dan Cilacap (1 kasus).

Dituturkan Iqbal, saat ini penyelidikan epidemiologi sedang dilakukan.

Baca juga: 9 Warga Jateng Terkonfirmasi Varian Omicron, Ada di Kota Semarang, Cilacap, Pekalongan dan Sukoharjo

Kasus Omicron di Semarang

Ilustrasi Covid-19 varian omicron. Omicron terdeteksi di IndonesiaShutterstock/angellodeco Ilustrasi Covid-19 varian omicron. Omicron terdeteksi di Indonesia

Di Semarang, empat warga Kota Semarang dan dua warga luar kota terkonfirmasi terpapar Omicron.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam menjelaskan, empat warga Semarang yang terpapar Omicron merupakan satu keluarga.

Keempat anggota keluarga tersebut sudah dinyatakan sembuh.

“Tanggal 13 Januari dua orang sudah negatif, sisanya dua, tanggal 18 kemarin sudah negatif semuanya sudah sembuh empat-empatnya,” ucapnya, Jumat (21/1/2022).

Baca juga: Kasus Omicron Pertama Kali Terkonfirmasi di Semarang, Begini Kondisi 6 Orang yang Positif

Hakam menerangkan, empat anggota keluarga yang terinfeksi Omicron itu sudah menjalani vaksinasi Covid-19.

"Bahkan, empat juga sudah dalam kondisi divaksin termasuk anak yang berusia 7 tahun. Kini mereka sudah sembuh dan dinyatakan negatif," ujarnya.

Empat anggota keluarga itu diketahui terpapar Omicron berdasarkan pengambilan sampel whole genome sequencing (WGS) kepada 25 orang.

"Pagi tadi dikabari provinsi, dari 25 sampel WGS yang dikirim (ke laboratorium) ditemukan ada empat orang positif Covid-19 varian Omicron dan sisanya varian Delta," ungkapnya, Jumat.

Baca juga: Menkes Budi Minta Masyarakat Tak Perlu Panik karena Covid-19 Omicron

Kronologi penularan Omicron dalam keluarga tersebut bermula dari adanya salah seorang anggota keluarga yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri.

Dia kemudian menjalani karantina selama tujuh hari di Wisma Atlet, Jakarta.

"Jadi, kalau kita bicara kronologi, kasusnya impor karena dari luar negeri. Pada 31 Desember 2021 sudah menjalani tes swab PCR sebanyak dua kali yang hasilnya negatif Covid-19. Namun, sehari sebelum kepulangan sempat merasakan demam," papar Hakam.

Karena merasa tidak enak badan setibanya di Semarang, ia lantas menjalani tes swab PCR ulang pada 1 Januari 2021.

Baca juga: Seorang PMI di Malaysia Masuk Kalbar Terkonfirmasi Positif Covid-19 Varian Omicron

Pada 3 Januari 2021 hasil tesnya dinyatakan positif Covid-19. Lalu, pada 5 Januari, dia melapor ke puskesmas.

"Kami tindaklanjuti karena hasil CT Value-nya di bawah 30, kita ambil WGS dan baru tadi pagi itu hasilnya positif Omicron," beber Hakam.

Dinas Kesehatan (Dinkes) lantas melakukan penelusuran lini pertama terhadap istri, anak, dan kakak dari pasien tersebut.

Baca juga: Cegah Lonjakan Kasus Omicron, Pemkot Surabaya Akan Tes PCR Acak Warga di Perkampungan

“Dari kasus yang berasal dari luar negeri (Asia Tenggara) ternyata lini pertamanya, mulai istri, anak, kakaknya positif. Makanya, tadi saya bilang ada empat,” terang Hakam.

Dinkes, kata Hakam, juga sudah melakukan penelusuran lini kedua dan ketiga. Hasilnya diketahui negatif.

Adapun dua orang warga luar kota yang terinfeksi Omicron, saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara dan RS Elisabeth Semarang.

“Yang di Bhayangkara dia sengaja berobat ke Kota Semarang, Omicron. Elisabeth juga KTP luar kota, tapi domisilinya di Kota Semarang," sebutnya.

Baca juga: Antisipasi Omicron, Bupati Bandung Barat Tetapkan Kebijakan Baru

Kasus Omicron di Kota Pekalongan

OmicronKOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Omicron

Di Kota Pekalongan, terdapat satu kasus terkonfirmasi Omicron.

Menurut Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid, pasien tersebut sudah sembuh.

Pria yang kerap disapa Aaf tersebut menambahkan, kejadian ini sudah terjadi lebih dari dua minggu.

Aaf menceritakan kronologi pasien tersebut terpapar Omicron. Awalnya, pria itu sempat kedatangan tamu dari Bekasi, Jawa Barat.

Setelah tamu tersebut pulang ke Bekasi, tamu itu merasakan sakit. Hasil tes menunjukkan bahwa dia positif Covid-19.

Baca juga: Antisipasi Omicron, Pemkot Bandung Terapkan Kembali Tes Acak Covid-19 di Sekolah

"Nah yang di Pekalongan dilakukan tracing, dari satu keluarga yang positif satu orang. Jenis kelamin laki-laki umur 18 tahun," ungkap Aaf, dikutip dari Tribun Jateng, Jumat (21/1/2022).

Warga Pekalongan itu kemudian diisolasi.

Akan tetapi, terang Aaf, waktu itu pihaknya belum mengetahui apakah pasien itu terinfeksi varian Omicron atau bukan.

"Setelah dicek, keluar hasilnya dan itu varian Omicron. Pas hasilnya keluar, alhamdulillah pasien sudah sembuh," tandasnya. 

Aaf menuturkan, pasien positif Omicron tersebut sudah divaksin sebanyak dua kali.

"Pasien yang terpapar positif Omicron itu tidak mempunyai gejala apa-apa dan pasien itu sudah vaksin dua kali. Imunnya masih bagus, alhamdulillah sudah sembuh," imbuhnya.

Baca juga: WN Inggris yang Sempat Dirawat di Medan Positif Omicron

Kasus Omicron di Sukoharjo

OmicronKOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Omicron

Di Sukoharjo, terdapat seorang warga yang sempat terpapar varian Omicron.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo Yunia Wahdiyati menyampaikan, kasus itu terjadi pada akhir tahun 2021.

Pasien tersebut diketahui terinfeksi Omicron usai DKK menerima hasil tes WGS belum lama ini.

Saat ini, kata Yunia, pasien Omicron itu sudah sembuh.

Baca juga: Kasus Omicron Melonjak di Banten, Ini Pesan Wapres untuk Warga Tangerang Raya

“Ini kasus lampau (Desember 2021), namun hasil WGS-nya baru jadi hari ini. Artinya pasien tersebut saat ini sudah sembuh,” jelasnya, dikutip dari Antara, Jumat (21/1/2022).

Mengenai riwayat perjalanan pasien Omicron tersebut, Yunia tidak menuturkan secara detail.

Hanya saja, si pasien dipastikan memiliki riwayat perjalanan dari daerah terkonfirmasi varian Omciron.

Yunia menambahkan, berdasarkan hasil pelacakan, dua anggota keluarga inti pasien tersebut telah menjalani tes usap. Hasilnya negatif Covid-19.

Dia menyatakan, saat ini di Sukoharjo baru ditemukan satu kasus varian Omicron.

Baca juga: Agenda G20 di Bali Pindah ke Jakarta, Koster: Covid-19 di Bali Naik tapi Bukan Omicron

Imbauan Menteri Kesehatan

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan pencapaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Dok Kemenkes Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan pencapaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berharap supaya masyarakat tidak panik dengan munculnya varian Omicron di Indonesia.

"Omicron itu sudah masuk ke Indonesia dan sudah juga terjadi transmisi lokal. Jadi tidak hanya impor, dan di seluruh dunia memang Omicron itu cirinya naiknya cepat dan naiknya tinggi. Jadi karena masuk, kita harus siap-siap. Jadi teman-teman tidak usah panik, tidak usah khawatir," paparnya sewaktu mengunjungi SD Muhammadiyah Jogodayoh, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (21/1/2022).

Budi mengatakan, meski penularan Omicron cepat, tetapi tingkat kesembuhan juga cepat.

Baca juga: Cegah Covid-19 Omicron, Inilah yang Dilakukan Pemkab Kendal

"Catatan satu lagi, selain naik cepat dan naiknya tinggi, turunnya juga cepat, dan yang dirawat di rumah sakit jauh lebih rendah," ujarnya.

Selain itu, ungkap Budi, jika melihat situasi di sejumlah negara, tingkat keparahan akibat varian Omicron masih lebih rendah dibanding Delta.

"Yang masuk di rumah sakit kan itu tadi, cuma 30 persen dari (varian) Delta. Yang wafat cuma 1 atau 2 persen di bawah dari Delta. Jadi rendah sekali sebenarnya," ucapnya.

Baca juga: Salah Satu Acara G20 Batal Digelar di Bali karena Omicron, Begini Respons Wagub

Dikatakan Budi, lonjakan kasus akibat varian baru diperkirakan terjadi antara akhir Februari atau awal Maret 2022.

Oleh karena itu, demi melakukan pencegahan dan terciptanya kekebalan kelompok, Menkes mendorong percepatan vaksinasi Covid-19.

"Yang paling penting vaksinasi mesti cepat. Kalau sudah vaksinasi sudah ada daya tahan tubuhnya, kalau dia kena, dia ngelawan balik," terangnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia; Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono | Editor: Robertus Belarminus, Ardi Priyatno Utomo), Antara

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul BREAKING NEWS: 1 Warga Pekalongan Positif Virus Corona Omicron, Ini Penjelasan Wali Kota

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau