Kebudayaan itu misalnya, grebeg disesuikan dengan hari raya Idul Fitri dan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang saat ini dikenal sebagai Grebeg Puasa dan Grebeg Maulud.
Sultan Agung mengenalkan penanggalan tahun saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing.
Keberhasilan lain dalam bidang kebudayaan, yaitu dapat mengubah perhitungan peredaran Matahari ke perhitungan peredaran bulan, sehingga telah dianggap menuliskan tinta emas pada pemerintahannya.
Berkat usahanya memajukan agama dan kebudayaan Islam, ia mendapatkan gelar Susuhunan yang selama ini diberikan kepada wali.
Baca juga: Ketika HB IX Berkisah tentang Penampakan Sultan Agung
Di lingkungan keraton Mataram Islam, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa Bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan. Tujuannya agar menghilangkan kesenggang satu dengan yang lain
Menjelang 1645, Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat, dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram yang dimulai dari dirinya.
Sultan Agung juga menuliskan serat Sastra Gendhing sebagai tuntutanan hidup trah Mataram.
Sesuai wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal pada 1645 digantikan puteranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram.
Sumber: https://kebudayaan.jogjakota.go.id/
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.