“Dibelikan (becak-becakan) roda tiga ini untuk mencari batok kelapa dan rongsokan. Dia punya kandang juga untuk memelihara ayam dan bebek. Dia membeli karena punya uang,” kata Ketua RW setempat, Suharman.
Karena kondisinya, warga mencoba memberi perhatian semampunya, baik memberi bahan mentah untuk dimasak hingga kebutuhan air.
“Kalau MCK dia ke kerabatnya di bawah,” kata Suharman.
Tidak lama menempati rumah itu, A mulai mengamuk.
A suka teriak sendiri, menyerang dengan batu orang yang ditemui, merusak rumah tetangga dengan batu, jalan di jalan umum sambil telanjang, hingga mencungkil-cungkil jalanan kampung sampai rusak.
Baca juga: Dugaan Kasus Pemerkosaan Mahasiswi, Ini Pernyataan Lengkap UMY
Karena meresahkan, kata Safrudin, mereka membawanya ke Pakem.
Upaya ini melibatkan kerja sama banyak pihak, baik petugas dari Dinas Kesehatan Kulon Progo, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, petugas puskesmas setempat, dukuh, hingga Babin TNI maupun Bhabinkamtibmas Polri.
A akhirnya bisa dikirim ke Pakem Selasa siang.
“Kami masih punya banyak PR setelah sembuh nanti,” kata Safrudin.
Sebab, A ditolak keluarganya karena berlatar belakang ODGJ.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.