Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompensasi Sterilisasi Warga Bong Suwung Capai Rp 532 Juta, KAI: Atas Dasar Kemanusiaan

Kompas.com, 30 September 2024, 16:50 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 6 Yogyakarta mengalokasikan dana hingga Rp 532 juta untuk memberikan kompensasi kepada warga Bong Suwung yang terdampak sterilisasi.

Manajer Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro, menjelaskan bahwa total bangunan yang disterilisasi di Bong Suwung mencapai 75 unit, dengan total anggaran yang digelontorkan sebesar Rp 532 juta.

“Dari 75 bangunan di Bong Suwung, kami mengeluarkan biaya hingga Rp 532 juta,” ujarnya saat dihubungi, Senin (20/9/2024).

Baca juga: Menilik Rencana Pengembangan Emplasemen Stasiun Yogyakarta di Area Bong Suwung...


Baca juga: 7 Kereta Api Alami Keterlambatan Dampak Kecelakaan Taksaka di Bantul Yogyakarta, Apa Saja?

Alasan pemberian kompensasi kepada warga Bong Suwung

STERIL: Area Bong suwung yang rencananya akan disterilisasi oleh PT. KAI Daop 6 Yogyakarta.KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO STERIL: Area Bong suwung yang rencananya akan disterilisasi oleh PT. KAI Daop 6 Yogyakarta.

Krisbiyantoro menekankan bahwa PT KAI memberikan anggaran tersebut kepada warga Bong Suwung atas dasar kemanusiaan.

“Pemberian kompensasi ini atas dasar kemanusiaan, itu sudah manusiawi banget,” tambahnya.

Menurutnya, warga yang menempati area PT KAI di Bong Suwung sebenarnya bersifat ilegal.

Ia menjelaskan bahwa seharusnya jika terdapat tanah kosong di area PT KAI, tanah tersebut tetap harus dikosongkan.

“Kalau dilihat dari awal, wong tanah kosong ya biarkan kosong,” kata dia.

Baca juga: Warga Bong Suwung Setuju Kompensasi PT KAI Daop 6 Yogyakarta, Berapa Besarannya?

Ia juga menambahkan bahwa terkadang orang mempertanyakan mengapa area tersebut dibiarkan.

“Cuma kadang kalau orang bilang kenapa dibiarkan, itu bukannya dibiarkan semua, kan lihat momen,” imbuhnya.

Krisbiyantoro menjelaskan bahwa status tanah di area PT KAI di DIY sebenarnya milik Keraton Yogyakarta, namun secara administrasi juga tercatat di KAI.

“Jadi di Keraton juga tercatat, di KAI juga. Tetapi karena ini di wilayah, kami tetap tunduk dan matur ke wilayah, dalam hal ini Keraton. Kami juga sudah punya semacam surat palilah dari Keraton,” ucapnya.

Baca juga: Banjir Rob Demak: Warga Pasrah Hadapi Ancaman Tak Menentu

Lebih lanjut, Krisbiyantoro menambahkan bahwa pemberian kompensasi, yang disebut sebagai biaya bantu bongkar, hanya diberikan kepada warga yang kooperatif.

“Kami tidak pernah menerapkan pemberian kompensasi kecuali bagi yang tidak kooperatif,” bebernya.

Krisbiyantoro juga menyampaikan bahwa pihaknya memberikan tenggat waktu hingga Minggu (27/10/2024) pukul 15.00 WIB.

Jika ada warga yang menolak setelah tenggat waktu tersebut, kompensasi tidak akan diberikan.

“Kalau lebih dari itu tidak setuju dengan tawaran, tentu selebihnya tidak diakui,” pungkasnya.

Baca juga: Menilik Rencana Pengembangan Emplasemen Stasiun Yogyakarta di Area Bong Suwung...

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau