YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Peringati Idul Adha, Keraton Yogyakarta menggelar Grebeg Besar di halaman Masjid Gedhe Kagungan Dalem atau lebih akrab dengan nama Masjid Gedhe Kauman Kota Yogyakarta.
Penghageng II KHP Widyabudaya KRT Rintaiswara menyampaikan, makna upacara Grebeg yang dilakukan di Keraton Yogyakarta adalah sebuah upacara budaya yang diselenggarakan oleh Keraton dalam rangka memperingati hari besar agama Islam yakni Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Mengenal Cempuro dan Semar, Mangga Keraton Yogyakarta yang Saat Matang Warnanya Tetap Hijau
“Dalam pendapat lain dikatakan bahwa Garebeg atau yang umumnya disebut "Grebeg" berasal dari kata "gumrebeg", mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut," jelasnya, Selasa (18/6/2024).
Dia menjelaskan dalam Grebeg ini, masyarakat dibagikan ubarampe (perlengkapan yang ada dalam upacara adat) dari gunungan, yang memiliki makna perwujudan kemakmuran Keraton atau pemberian dari raja kepada rakyatnya.
“Jadi makna Garebeg Besar secara singkatnya adalah perwujudan rasa syukur, mangayubagya Idul Adha, yang diwujudkan dengan memberikan rezeki pada masyarakat melalui ubarampe gunungan yang berupa hasil bumi dari tanah Mataram," Jelas Rinta.
Carik Kawedanan Widya Budaya, KRT Widyacandra Ismayaningrat menjelaskan bahwa gunungan pada Grebeg kali ini tidak dirayah atau diperebutkan oleh masyarakat.
Candra, sapaan akrabnya menjelaskan, konsep awal dari pembagian gunungan adalah masyarakat diminta untuk nyandhong atau dalam bahasa Indonesia berarti menunggu giliran untuk mendapatkannya.
"Ini merupakan perlambang kesabaran manusia. Berbeda dengan merayah (merebut), karena kesannya yang kuat pasti yang akan mendapatkan dahulu," jelas Candra, kata dia.
Lanjut dia, cara membawa dan memberikan ubarampe pareden gunungan adalah dengan diemban sebagai wujud penghormatan karena ubarampe adalah sedekah raja atau paring dalem.
"Merupakan wujud hormat dan sopan santun karena Utusan Dalam mengemban amanah untuk membagikan," terangnya.
Ubarampe yang dibawa oleh para utusan dalem ke Kepatihan dan Ndalem Mangkubumen akan diemban dengan kain cinde warna merah.
Baca juga: Ajakan Idul Adha di Rumah Orangtua Ditolak, Pria di Sulsel Tikam Istri hingga Kritis
Sementara itu Wisatawan asal Pati Jawa Tengah Nur Hamid mengatakan, dirinya baru pertama kali mengikuti grebeg yang diadakan Keraton Yogyakarta.
Awalnya dirinya berkunjung ke Museum Sonobudoyo saat berkunjung di Museum Sonobudoyo dirinya mendapatkan informasi bahwa akan digelar grebeg oleh Keraton Yogyakarta.
“Baru pertama kali ikut, katanya ada grebeg sekalian ikut. Ini dapat sayur-sayuran dan wajik, akan saya simpan katanya kan dapat berkah dari Keraton Yogyakarta,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.