YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya pembuangan sampah di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, membuat keprihatinan tersendiri bagi komunitas Resan.
Dikutip dari laman Resan Gunungkidul, komunitas Resan adalah pecinta “resan” (pohon pelindung), sumber air, dan ilmu pengetahuan lokal, yang anggotanya berasal dari berbagai wilayah dan latar belakang di Gunungkidul.
Komunitas Resan beranggapan, jika pembuangan sampah di Gunungkidul dibiarkan, dikhawatirkan merusak sumber air yang ada di sekitar lokasi pembuangan sampah.
Baca juga: Sampah Diduga dari Luar Gunungkidul Dibuang Sembarangan di Tengah Hutan
Salah satu pendiri Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo mengatakan, harus ada ketegasan dari pemerintah terkait maraknya pembuangan sampah ke Bumi Handayani.
Seperti di kawasan Kalurahan Giring, Paliyan, yang berbatasan langsung dengan wilayah Kalurahan Wunung, Kapanewon Wonosari.
Jika dibiarkan, dirinya khawatir sampah akan masuk ke sungai bawah tanah banyu Sumurup atau luweng Sumurup. Sebab, sungai yang bermuara di luweng Sumurup, berada di bawah lokasi pertambangan yang dijadikan pembuangan sampah beberapa waktu lalu.
Apalagi pernah terjadi banjir di lokasi luweng Sumurup, saat badai cempaka pada tahun 2017 lalu. Jika sampah dibiarkan, dan tidak ditangani dengan baik, dikhawatirkan merusak kawasan sungai.
"Nanti jika sampahnya masuk ke luweng dan tersumbat, jadi masalah baru. Selain itu sampah jika masuk ke sungai bawah tanah bisa mencemari air. Air yang dihasilkan sampah berpotensi masuk ke sungai bawah tanah," kata Edi ditemui di Wonosari, Senin (13/5/2024).
Dikatakannya, pihaknya pernah melakukan penanaman pohon di sekitar luweng sumurup. Hal ini untuk mencegah longsor, dan juga memberi makan monyet ekor panjang yang ada di sekitar lokasi.
Ada puluhan pohon yang ditanam di sana.
"Semoga tidak ada lagi pembuangan sampah ilegal di sana," kata dia.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul, Harry Sukmono mengatakan, Kabupaten Gunungkidul terutama di zona selatan merupakan kawasan karst.
Kawasan karst memiliki korositas tinggi dan jika sampah tidak dikelola dengan baik, airnya akan masuk ke dalam, padahal di bawah ada sungai bawah tanah.
"Jika sampah tidak dikelola dengan baik, potensi mencemari sungai bawah tanah tinggi," kata Harry.
Pihaknya terus melakukan monitoring lokasi untuk mencegah pembuangan sampah kembali. Pihaknya berharap kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk melakukan pengawasan.