YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta mengungkapkan, angka inflasi di Kota Yogyakarta pada April atau saat Lebaran naik sebesar 0,36 persen.
Uniknya, pendorong inflasi pada bulan ini adalah naiknya harga komoditi nangka muda atau masyarakat Kota Yogyakarta mengenalnya dengan sebutan gori.
Untuk diketahui, gori adalah bahan utama untuk pembuatan makanan khas Yogyakarta yaitu gudeg.
"Jarang-jarang ini nangka muda jadi penyebab inflasi. Ketika kita survei harga di akhir puasa di Beringharjo ini sudah kelihatan naiknya bahkan sampai 100 persen," kata Kepala BPS Kota Yogyakarta, Mainil Asni saat ditemui di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (2/5/2024).
Baca juga: Sejarah Gudeg, Perjalanan Panjang dari Alas Mentaok
Pada saat itu, pasokan gori di Kota Yogyakarta terbatas sedangkan saat libur Lebaran permintaan gori di Kota Yogyakarta meningkat.
"Demand (gori) meningkat karena libur panjang. Orang pada mudik kepingin nostalgia dengan gudeg barang kali,” katanya.
Meningkatnya permintaan gori, membuat bahan baku utama gudeg ini harus didatangkan dari luar DIY, bahkan harus didatangkan dari luar Pulau Jawa.
“Bahan bakunya (gori) tadinya hanya (dari) sekitar Jawa. Sekarang didatangkan sampai ada yang dari Lampung, bahkan terakhir dari Sumatera Selatan,” bebernya.
Baca juga: Mengenal Gudeg, Ikon Kuliner Khas Yogyakarta Favorit Wisatawan
Selain meningkatnya permintaan gori, sektor lain pendorong naiknya inflasi adalah pengeluaran untuk perawatan pribadi dalam hal ini membeli emas.
Perhiasan emas memiliki andil 0,10 persen dalam pendorong inflasi.
“Bukan skincare. Harga emas, di dalamnya ada komoditas emas dan beberapa bulan terakhir harga emas memang naik lumayan dan ini menjadi salah satu penyebab inlfasi tinggi,” ungkapnya.
Baca juga: Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar
Selain itu adalah dari sektor transportasi, di mana saat Lebaran permintaan akan penggunaan moda transportasi meningkat.
Secara total kenaikan inflasi di Kota Yogyakarta naik 0,36 persen pada April atau saat lebaran jika dibandingkan dengan Maret.
"Tapi kalau dibandingkan dengan bulan April tahun 2023, April ke April, ini angkanya 3,00 persen,” katanya.
Jika dibandingkan dengan April 2024 dengan Desember 2024 kenaikan inlasi sebesar 1,32 persen.
"Dilihat dari grafik masih amanlah 0,36 persen," katanya.
Baca juga: 5 Provinsi dengan Tingkat Inflasi Tertinggi di Indonesia, Mana Saja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.