YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Muhammad Alva Priyandhito (17), Warga Kalurahan Banaran, Kapanewon Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta, berbeda dengan pelajar lainnya. Biasanya anak seusianya setelah pulang sekolah langsung main atau istirahat tidur siang.
Namun Alva memilih untuk ke beberapa petani membeli sayuran, atau jamur setelah pulang sekolah sekitar pukul 15.00 WIB.
Jika semuanya terkumpul, dirinya menjual ke pasar Playen atau Pasar Argosari, Wonosari. Hal itu dia lakoni setiap hari, meski jika dilihat keluarganya dalam kategori cukup baik dari segi ekonomi.
Baca juga: Cerita Siswa SMK Berjualan Sayur, Omzet hingga Rp 100 Juta Per Bulan
Selepas Isya atau sekitar pukul 19.00 WIB, Alva baru pulang ke rumah untuk belajar dan beristirahat. Dirinya tidak terbiasa untuk keluar rumah bermain dengan teman sebayanya jika tidak malam liburan.
"Sudah sejak 2022 saya mulai berbisnis," kata Siswa kelas XII SMK Al Hikmah Gubukrubuh, Playen, ditemui di rumahnya Kamis (7/9/2023).
Alva mengaku sejak kecil terbiasa dengan sayuran dan berjualan, karena ikut ayahnya yang jualan sayuran di pasar Playen. Sejak saat itu, dirinya mulai tertarik untuk berbisnis kecil-kecilan.
Bisnis mulai dilakoninya dimulai dengan berjualan jamur yang dibelinya dari petani jamur di wilayah Kalurahan Bleberan, Kapanewon Playen, yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Setiap hari dirinya membeli jamur, dan dibawa ke pasar Argosari Wonosari. Ternyata laris, dan mulai mengembangkan bisnis sayuran. Dia mulai mencari petani sayuran, dan menjual ke pedagang di pasar.
Siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak ini menjual sayuran yang berasal dari petani di Kapanewon Playen, seperti timun, jamur,cabai, terong, dan paling banyak gambas. Setelah mendapatkan hasil pertanian langsung dibawa ke Pasar Playen, langsung dikemas dan dijual.
Baca juga: Warga Semarang dan Demak Ditangkap Usai Jual HP Black Market, Omzet Per Bulan Capai Rp 15 Juta
"Membeli sayur dan dijual ke pedagang ecer atau pedagang pasar," kata dia.
"Visi misi saya menggerakkan petani lokal, saya tidak membeli sayuran dari luar Gunungkidul. Cita-cita saya menyejahterakan petani lokal," ujar dia.
Diakuinya musim kemarau saat ini membuat dagangannya menurun drastis, dari puluhan kilogram sayuran yang dibeli setiap hari, berkurang sekitar 40 persen.
Disinggung omzet yang mencapai ratusan juta seperti dikutip Kompas.com dari kanal Edukasi, Alva mengakui saat ini mengalami penurunan karena musim kemarau.
"Saya mencari orang yang mau bertani, saya modalin kalau diperlukan. Kamu menanam ini, besok kalau panen saya beli. Petani di Bleberan, Ngunut, Playen. Kalau petani banyak, sekarang musim kemarau jadi menurun," kata dia.
Tak hanya pasar lokal, dia menjual sampai ke pasar Prambanan, hingga Muntilan. Untuk membantu pekerjaannya, dirinya mengajak temannya untuk ikut membantu. Alva mengakui, saat ini sudah bisa membeli kendaraan sepeda motor, hingga kebutuhan sekolah dari usahanya ini.
Baca juga: Panggul 2 Karung Uang Koin, Adik Kakak di Bojonegoro Ajak Ibu Beli Motor Roda 3 untuk Jualan Sayur