Salin Artikel

Alva Siswa SMK Gunungkidul Jualan Sayuran Omzet Fantastis, Tak Ingin Beli Sayur Luar Daerah

Namun Alva memilih untuk ke beberapa petani membeli sayuran, atau jamur setelah pulang sekolah sekitar pukul 15.00 WIB.

Jika semuanya terkumpul, dirinya menjual ke pasar Playen atau Pasar Argosari, Wonosari. Hal itu dia lakoni setiap hari, meski jika dilihat keluarganya dalam kategori cukup baik dari segi ekonomi.

Selepas Isya atau sekitar pukul 19.00 WIB, Alva baru pulang ke rumah untuk belajar dan beristirahat. Dirinya tidak terbiasa untuk keluar rumah bermain dengan teman sebayanya jika tidak malam liburan.

"Sudah sejak 2022 saya mulai berbisnis," kata Siswa kelas XII SMK Al Hikmah Gubukrubuh, Playen, ditemui di rumahnya Kamis (7/9/2023).

Alva mengaku sejak kecil terbiasa dengan sayuran dan berjualan, karena ikut ayahnya yang jualan sayuran di pasar Playen. Sejak saat itu, dirinya mulai tertarik untuk berbisnis kecil-kecilan.

Bisnis mulai dilakoninya dimulai dengan berjualan jamur yang dibelinya dari petani jamur di wilayah Kalurahan Bleberan, Kapanewon Playen, yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Setiap hari dirinya membeli jamur, dan dibawa ke pasar Argosari Wonosari. Ternyata laris, dan mulai mengembangkan bisnis sayuran. Dia mulai mencari petani sayuran, dan menjual ke pedagang di pasar.

Siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak ini menjual sayuran yang berasal dari petani di Kapanewon Playen, seperti timun, jamur,cabai, terong, dan paling banyak gambas. Setelah mendapatkan hasil pertanian langsung dibawa ke Pasar Playen, langsung dikemas dan dijual.

"Membeli sayur dan dijual ke pedagang ecer atau pedagang pasar," kata dia.

"Visi misi saya menggerakkan petani lokal, saya tidak membeli sayuran dari luar Gunungkidul. Cita-cita saya menyejahterakan petani lokal," ujar dia.

Diakuinya musim kemarau saat ini membuat dagangannya menurun drastis, dari puluhan kilogram sayuran yang dibeli setiap hari, berkurang sekitar 40 persen.

Disinggung omzet yang mencapai ratusan juta seperti dikutip Kompas.com dari kanal Edukasi, Alva mengakui saat ini mengalami penurunan karena musim kemarau.

"Saya mencari orang yang mau bertani, saya modalin kalau diperlukan. Kamu menanam ini, besok kalau panen saya beli. Petani di Bleberan, Ngunut, Playen. Kalau petani banyak, sekarang musim kemarau jadi menurun," kata dia.

Tak hanya pasar lokal, dia menjual sampai ke pasar Prambanan, hingga Muntilan. Untuk membantu pekerjaannya, dirinya mengajak temannya untuk ikut membantu. Alva mengakui, saat ini sudah bisa membeli kendaraan sepeda motor, hingga kebutuhan sekolah dari usahanya ini.

Total ada tiga teman sekolahnya, dan satu teman bermain yang sudah lulus sekolah untuk membantunya.

"Dari pada main hape, saya ajak teman saya ikut bantu, lumayan bisa menambah uang jajan," ujar Alva.

Disinggung mengenai waktu bermain, Alva mengakui sesuai dengan perintah orangtuanya, dia hanya bermain saat malam libur saja. Selebihnya belajar dan jualan.

"Saya main, orangtua saya membatasi main, main hanya malam libur sekolah. Mau main jam berapa asalkan balik. Malam sekolah dilarang main," kata dia.

Kompas.com sempat mengikuti kegiatan Alva dari membeli jamur di Bleberan, dan membeli sayuran di Padukuhan Peron. Meski masih belia, dia tidak canggung berinteraksi dengan petani yang usianya lebih tua. Bahkan kelihatan akrab.

Ayah Alva, Sofyan mengatakan, sejak kecil anaknya ikut ke pasar Playen ikut menjual sayuran sekitar 2012 lalu. Semangat anaknya cukup mengagetkan, karena mimpinya ingin sayuran bisa dijual ke luar daerah, seperti gambas dan jamur.

Namun diakuinya, permasalahan air bagi petani cukup mengurangi panen. "Saya melihat semangatnya saja, pulang sekolah dia berani turun langsung. Dia gak mau kuliah, mau nerusin usaha seperti ini," kata Sofyan.

Dikatakannya, anaknya punya teman-teman petani yang usianya muda, saat ini juga mendorong untuk menanam buah seperti semangka, dan pepaya. Harapannya buah ini bisa membantu perekonomian warga dan petani muda.

"Sekarang punya menanam semangka, jadi semua petani tidak harus sayuran bisa buah," kata Sofyan.

Dia berharap anaknya terus menekuni usaha yang dipilihnya dan jangan sampai patah semangat. Sehingga kedepan selepas lulus SMK bisa lebih mengembangkan usahanya.

Salah seorang teman berjualan Alva, Nova mengaku sudah sejak lama ikut membantu mencari sayur, hingga berjualan teman sekelasnya ini. DIa mengaku bersyukur dengan hasil harian, bisa membeli kebutuhan sekolah hingga hobi modifikasi sepeda motor.

"Ya lumayan hasilnya, bisa untuk otak-atik sepeda motor," kata Nova.

Petani milenial Padukuhan Peron, Kalurahan Bleberan, Yuliantoro mengaku senang bekerja sama dengan Alva, karena masih muda dan cekatan. Biasanya menjual gambas, timun hingga kacang.

"Sekarang kendalanya air, ngebor 60 meter, airnya untuk mengairi lahan tidak mencukupi karena debitnya kurang saat puncak musim kemarau seperti saat ini," kata dia.

Perlu diketahui, Alva menerima penghargaan wirausaha belia SMK 2023 DIY dalam program Momenku Siap Berkemas.

Dia menyebut bahwa omzetnya bisa menembus Rp 100 juta dari bisnis jual beli sayuran. Bahkan, dia bisa memberdayakan petani lokal sebagai penyuplai sayuran yang dijualnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/09/08/095303278/alva-siswa-smk-gunungkidul-jualan-sayuran-omzet-fantastis-tak-ingin-beli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke