Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alva Siswa SMK Gunungkidul Jualan Sayuran Omzet Fantastis, Tak Ingin Beli Sayur Luar Daerah

Kompas.com - 08/09/2023, 09:53 WIB
Markus Yuwono,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Muhammad Alva Priyandhito (17), Warga Kalurahan Banaran, Kapanewon Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta, berbeda dengan pelajar lainnya. Biasanya anak seusianya setelah pulang sekolah langsung main atau istirahat tidur siang.

Namun Alva memilih untuk ke beberapa petani membeli sayuran, atau jamur setelah pulang sekolah sekitar pukul 15.00 WIB.

Jika semuanya terkumpul, dirinya menjual ke pasar Playen atau Pasar Argosari, Wonosari. Hal itu dia lakoni setiap hari, meski jika dilihat keluarganya dalam kategori cukup baik dari segi ekonomi.

Baca juga: Cerita Siswa SMK Berjualan Sayur, Omzet hingga Rp 100 Juta Per Bulan

Selepas Isya atau sekitar pukul 19.00 WIB, Alva baru pulang ke rumah untuk belajar dan beristirahat. Dirinya tidak terbiasa untuk keluar rumah bermain dengan teman sebayanya jika tidak malam liburan.

"Sudah sejak 2022 saya mulai berbisnis," kata Siswa kelas XII SMK Al Hikmah Gubukrubuh, Playen, ditemui di rumahnya Kamis (7/9/2023).

Alva mengaku sejak kecil terbiasa dengan sayuran dan berjualan, karena ikut ayahnya yang jualan sayuran di pasar Playen. Sejak saat itu, dirinya mulai tertarik untuk berbisnis kecil-kecilan.

Bisnis mulai dilakoninya dimulai dengan berjualan jamur yang dibelinya dari petani jamur di wilayah Kalurahan Bleberan, Kapanewon Playen, yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Setiap hari dirinya membeli jamur, dan dibawa ke pasar Argosari Wonosari. Ternyata laris, dan mulai mengembangkan bisnis sayuran. Dia mulai mencari petani sayuran, dan menjual ke pedagang di pasar.

Siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak ini menjual sayuran yang berasal dari petani di Kapanewon Playen, seperti timun, jamur,cabai, terong, dan paling banyak gambas. Setelah mendapatkan hasil pertanian langsung dibawa ke Pasar Playen, langsung dikemas dan dijual.

Baca juga: Warga Semarang dan Demak Ditangkap Usai Jual HP Black Market, Omzet Per Bulan Capai Rp 15 Juta

"Membeli sayur dan dijual ke pedagang ecer atau pedagang pasar," kata dia.

"Visi misi saya menggerakkan petani lokal, saya tidak membeli sayuran dari luar Gunungkidul. Cita-cita saya menyejahterakan petani lokal," ujar dia.

Diakuinya musim kemarau saat ini membuat dagangannya menurun drastis, dari puluhan kilogram sayuran yang dibeli setiap hari, berkurang sekitar 40 persen.

Disinggung omzet yang mencapai ratusan juta seperti dikutip Kompas.com dari kanal Edukasi, Alva mengakui saat ini mengalami penurunan karena musim kemarau.

"Saya mencari orang yang mau bertani, saya modalin kalau diperlukan. Kamu menanam ini, besok kalau panen saya beli. Petani di Bleberan, Ngunut, Playen. Kalau petani banyak, sekarang musim kemarau jadi menurun," kata dia.

Muhammad Alva Priyandhito (17) saat mengangkut jamur di Bleberan, Playen, Gunungkidul. Kamis (7/9/2023)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Muhammad Alva Priyandhito (17) saat mengangkut jamur di Bleberan, Playen, Gunungkidul. Kamis (7/9/2023)

Tak hanya pasar lokal, dia menjual sampai ke pasar Prambanan, hingga Muntilan. Untuk membantu pekerjaannya, dirinya mengajak temannya untuk ikut membantu. Alva mengakui, saat ini sudah bisa membeli kendaraan sepeda motor, hingga kebutuhan sekolah dari usahanya ini.

Baca juga: Panggul 2 Karung Uang Koin, Adik Kakak di Bojonegoro Ajak Ibu Beli Motor Roda 3 untuk Jualan Sayur

Total ada tiga teman sekolahnya, dan satu teman bermain yang sudah lulus sekolah untuk membantunya.

"Dari pada main hape, saya ajak teman saya ikut bantu, lumayan bisa menambah uang jajan," ujar Alva.

Disinggung mengenai waktu bermain, Alva mengakui sesuai dengan perintah orangtuanya, dia hanya bermain saat malam libur saja. Selebihnya belajar dan jualan.

"Saya main, orangtua saya membatasi main, main hanya malam libur sekolah. Mau main jam berapa asalkan balik. Malam sekolah dilarang main," kata dia.

Kompas.com sempat mengikuti kegiatan Alva dari membeli jamur di Bleberan, dan membeli sayuran di Padukuhan Peron. Meski masih belia, dia tidak canggung berinteraksi dengan petani yang usianya lebih tua. Bahkan kelihatan akrab.

Ayah Alva, Sofyan mengatakan, sejak kecil anaknya ikut ke pasar Playen ikut menjual sayuran sekitar 2012 lalu. Semangat anaknya cukup mengagetkan, karena mimpinya ingin sayuran bisa dijual ke luar daerah, seperti gambas dan jamur.

Baca juga: Kisah Bayu, Bos Sound System yang Kini Jualan Sayur demi Bertahan di Tengah Pandemi

Namun diakuinya, permasalahan air bagi petani cukup mengurangi panen. "Saya melihat semangatnya saja, pulang sekolah dia berani turun langsung. Dia gak mau kuliah, mau nerusin usaha seperti ini," kata Sofyan.

Dikatakannya, anaknya punya teman-teman petani yang usianya muda, saat ini juga mendorong untuk menanam buah seperti semangka, dan pepaya. Harapannya buah ini bisa membantu perekonomian warga dan petani muda.

"Sekarang punya menanam semangka, jadi semua petani tidak harus sayuran bisa buah," kata Sofyan.

Dia berharap anaknya terus menekuni usaha yang dipilihnya dan jangan sampai patah semangat. Sehingga kedepan selepas lulus SMK bisa lebih mengembangkan usahanya.

Salah seorang teman berjualan Alva, Nova mengaku sudah sejak lama ikut membantu mencari sayur, hingga berjualan teman sekelasnya ini. DIa mengaku bersyukur dengan hasil harian, bisa membeli kebutuhan sekolah hingga hobi modifikasi sepeda motor.

"Ya lumayan hasilnya, bisa untuk otak-atik sepeda motor," kata Nova.

Baca juga: Sepedanya yang Berusia 38 Tahun Hilang, Nenek di Semarang Menangis: Beli Nyicil untuk Jualan Sayur

Petani milenial Padukuhan Peron, Kalurahan Bleberan, Yuliantoro mengaku senang bekerja sama dengan Alva, karena masih muda dan cekatan. Biasanya menjual gambas, timun hingga kacang.

"Sekarang kendalanya air, ngebor 60 meter, airnya untuk mengairi lahan tidak mencukupi karena debitnya kurang saat puncak musim kemarau seperti saat ini," kata dia.

Perlu diketahui, Alva menerima penghargaan wirausaha belia SMK 2023 DIY dalam program Momenku Siap Berkemas.

Dia menyebut bahwa omzetnya bisa menembus Rp 100 juta dari bisnis jual beli sayuran. Bahkan, dia bisa memberdayakan petani lokal sebagai penyuplai sayuran yang dijualnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Yogyakarta
Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Yogyakarta
Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Yogyakarta
Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Yogyakarta
Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Yogyakarta
Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Yogyakarta
Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Yogyakarta
Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Sayangkan Larangan 'Study Tour' di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Sayangkan Larangan "Study Tour" di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Yogyakarta
Beberapa Daerah Larang 'Study Tour', PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang "Study Tour", PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com