Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebun Teh Nglinggo, Dulu Berjaya, Kini Tak Lagi Menggembirakan

Kompas.com - 30/07/2023, 23:19 WIB
Dani Julius Zebua,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Marjilah (68) tersenyum lebar di rumahnya yang berada di Pedukuhan Nglinggo Timur, Kalurahan Pagerharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tampak giginya yang masih berjajar rapi ketika tertawa.

Ia tersenyum sambil mengungkap hasil tiap bulan dari salah satu tanahnya yang terpakai jadi tempat parkir wisata di Bukit Menoreh. Dulunya, ada beberapa pohon teh di situ.

“Dapat hasil sedikit, tapi tanah itu masuk wilayah Magelang. Jadi parkiran. Hasilnya manut keadaan. Setiap tanggal 2 dikasih Rp 2 – 3 juta. Sangat bersyukur, alhamdulilah,” kata Marjilah, Kamis (27/7/2023).

Baca juga: Buruh Perkebunan Sawit di Ketapang Digigit Buaya Selama 90 Menit, Diselamatkan oleh Temannya

Kebun teh Nglinggo berada pada ketinggian 700-1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kebun masyarakat itu muncul di sekitar tahun 1990-an. 

Marjilah mengingat bagaimana dulu di situ berupa lahan jagung, pohon aren hingga pohon kopi, sebelum menjadi kebun teh. Menurutnya, warga ikut anjuran untuk menanam teh yang digambarkan akan meningkatkan kesejahteraan petani. 

Warga, termasuk dirinya, memangkas semua pohon demi kebun teh. Ia bersama Sudiro, suaminya, ikut pembibitan di 1989 dan penanaman teh di 1990. Lalu panen teh perdana di lahannya pada 1992. Ia memperkirakan punya ribuan pohon teh saat ini.

Produksi teh memang besar pada tahun-tahun awal panen. Banyak warga bergembira, sementara yang tak ikut menanam hanya bisa gigit jari. 

Dalam perjalanan waktu, petani teh seperti dirinya merasa hasil dari teh mulai tidak menggembirakan. Hal ini karena harga kebutuhan rumah tangga cepat sekali merangkak naik. Sementara harga beli perusahaan pada daun teh petani tidak sigap mengikuti.  

Marjilah mengaku, mereka pernah Rp 500 per kilogram, naik jadi Rp 1.000 per kg. Kemudian menjadi Rp 1.500 hingga kini Rp 2.500 per kg. 

“Padahal apa-apa pakai uang, apalagi yang tidak terduga itu. Orang manten (menikah), sripah (lelayu), bayar obat kalau sakit,” kata Marjilah.

“Lama-lama semua mahal,” katanya.

Banyak yang kecewa, kata Marjilah. Harga beli perusahaan setara ongkos produksi, bayaran sering telat, yang kecewa nekat merombak kebun teh. 

“(Sejak itu) sebetulnya tidak ada senangnya dari teh,” kata Marjilah.

Baca juga: Kisah Putri, Anak Petani Jagung di Sumbawa Barat yang Lolos Kuliah Gratis di UGM, Biasa Belajar Sambil Gembalakan Ternak

Walau begitu, Marjilah dan suaminya tetap bertahan. Apalagi pemerintah tetap campur tangan agar petani bertahan. Mulai dari sering mengkontrol dan menyalurkan pupuk. Selain itu, banyak teman di perkebunan.

Dia mengakui bahwa kerja memetik teh membutuhkan waktu yang panjang. Marjilah bisa memetik 15 kilogram daun teh dalam satu hari atau 40-60 kg dalam seminggu. Itu sama dengan setidaknya penghasilan Rp 100.000 – 150.000 per minggu. 

Halaman:


Terkini Lainnya

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Yogyakarta
Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Yogyakarta
Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Yogyakarta
Penyu Lekang Ditemukan Mati di Bantul, Diduga akibat Makan Sampah Plastik

Penyu Lekang Ditemukan Mati di Bantul, Diduga akibat Makan Sampah Plastik

Yogyakarta
Buang Sampah Sembarangan, Warga Sleman Didenda Rp 1 Juta

Buang Sampah Sembarangan, Warga Sleman Didenda Rp 1 Juta

Yogyakarta
Mau Corat-coret Seragam, 20 Pelajar di Yogyakarta Diciduk Polisi

Mau Corat-coret Seragam, 20 Pelajar di Yogyakarta Diciduk Polisi

Yogyakarta
Pemkab Bantul Keluarkan Tips Memilih Kendaraan untuk 'Study Tour'

Pemkab Bantul Keluarkan Tips Memilih Kendaraan untuk "Study Tour"

Yogyakarta
Kirim Pil Yarindo untuk Anak di Rutan Bantul, Ibu Ini Diamankan

Kirim Pil Yarindo untuk Anak di Rutan Bantul, Ibu Ini Diamankan

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Upayakan Tambah Volume Pengolahan Sampah di Pihak Swasta

Pemkot Yogyakarta Upayakan Tambah Volume Pengolahan Sampah di Pihak Swasta

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com