Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebun Teh Nglinggo, Dulu Berjaya, Kini Tak Lagi Menggembirakan

Kompas.com - 30/07/2023, 23:19 WIB
Dani Julius Zebua,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

Selain itu, hasil dari perusahaan kerap telat.

“Saat ini saja macet sejak Mei. Tapi tidak apa, karena memetik teh hanya selingan,” kata Supariyah.

Sadar teh tidak bisa menjadi andalan, ia menggenjot usaha berdagang telur asin dan gula aren. Rata-rata ia bisa jual 100 butir telur seharga Rp 3.500 per butir atau untung Rp 300 per butir.

Kebun Rakyat

Perkebunan teh pernah tumbuh begitu luas di masa lalu, tersebar di bukit Kapanewon Samigaluh dan Kapanewon Girimulyo.

Praktisi teh sekaligus pegiat teh organik asal Pagerharjo, Sukohadi menceritakan, luasnya bisa lebih 700 hektar di dua kecamatan itu. Hasil kebun pernah luar bias besar di masa lalu.

Tidak berlangsung lama, ternyata petani banyak yang kecewa terutama pada harga beli perusahaan yang sebesar ongkos produksi (HPP di tingkat) petani sendiri. Tidak sedikit petani menyerah dan merombak tanaman. 

"Yang tadinya bisa 750 hektar sempat menyentuh 47 hektar," kata Sukohadi, Ketua Kelompok Tani Tegal Subur Aktif di Samigaluh.

Baca juga: Kisah Fabian, Batal Kibarkan Bendera di Depan Jokowi karena Gigi, Jelang Pemusatan Ada Tes Ulang

Sukohadi yang merupakan pendatang di Nglinggo Timur ini merasa usaha teh belum bisa mensejahterakan. Ini dilihat dari harga beli teh dari petani hanya Rp 1.100 per kg. Petani tidak memperoleh pendapatan yang layak, tetap miskin dan tidak berdaya.

Ia lantas membentuk KUB Menoreh Jaya di bawah Asosiasi Teh DIY. KUB berani membeli  teh dari petani sendiri dengan harga Rp 2.500 dari peta u jauh di atas monopoli perusahaan. Bahkan teh premium bisa dihargai Rp 5.000 per kg dan kelas super Rp 10.000 per kg. Otomatis perusahaan ikut  beli dengan harga sama ke petani.

Kehadiran mesin olah teh mempertahankan daya beli masyarakat. Kelompoknya bisa menghasilkan berbagai jenis teh, seperti teh hijau, roasted tea, yellow tea dan black dragon tea yang konon tertinggi kandungan anti oksidannya.

Asosiasi membuat petani kembali melihat harapan bahwa daun teh punya prospek bagus dan menjanjikan. Kebun teh berkembang lagi dari 47 hektar menjadi 137 hektar yang dikelola 327 keluarga dalam 18 kelompok. 

Baca juga: Cerita Ibu Difabel di Indramayu, Lumpuh Usai Melahirkan Anak Kedua dan Ditinggal Kabur Sang Suami

Sukohadi mempunyai 1,5 hektar lahan di kemiringan bukit. Kebunnya menghasilkan 50-100 kg per minggu teh kelas premium dan 100-150 kg per minggu teh kelas medium. 

Bahkan, ia bisa mempekerjakan enam tenaga pelihara lahan dan pohon, tiga pekerja pengolahan dan 3-9 buruh lepas untuk petik daun teh.

Selain harga daun teh bisa lebih baik, warga mulai bisa mengolah teh lebih baik sehingga menjual teh dengan harga lebih tinggi, tidak cuma dari daun teh yang dipetik. 

Bahkan buruh petik pun bisa dapat Rp 1.000-1.200 per kg dari memetik di lahan miliknya. Mereka bisa memiliki pendapatan lebih baik.

Baca juga: Kisah Anak Juru Parkir di Kediri Lolos Seleksi Polisi, Berlatih Tiap Hari dan Sempat Gagal Berkali-kali

Sukohadi mengungkapkan, kebun tehnya banyak dilirik mereka yang ingin belajar seputar mengelola teh. Tidak hanya wisatawan dalam negeri tapi juga mancanegara. Teh organik, keberhasilan melawan hama dan penyakit tanpa pestisida, keberhasilan mempertahankan lahan dari erosi, menarik perhatian. 

“Destinasi wisata merupakan ikutannya. Kebun teh jadi terkenal karena view dan edukasinya. Tapi, akan lebih baik kalau edukasi tidak hanya foto dan melihat. Seharusnya edukasi itu mulai dari melihat proses petik, mengolah, dan riset lewat mencicipi, hingga mengetahui manfaat teh,” kata Sukohadi.

Tehnya juga diminati hingga ke beberapa negara. Ada yang lewat buyer, ada yang langsung dikirim ke luar negeri. Teh merek Ki Suko sudah sampai ke Jerman, Thailand, hingga Turki. 

Belum lama ini, ia mengekspor ke negara Republik Ceko dengan kiriman rata-rata 40 - 100 kg. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Yogyakarta
Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Yogyakarta
Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Yogyakarta
Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Yogyakarta
Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Yogyakarta
Penyu Lekang Ditemukan Mati di Bantul, Diduga akibat Makan Sampah Plastik

Penyu Lekang Ditemukan Mati di Bantul, Diduga akibat Makan Sampah Plastik

Yogyakarta
Buang Sampah Sembarangan, Warga Sleman Didenda Rp 1 Juta

Buang Sampah Sembarangan, Warga Sleman Didenda Rp 1 Juta

Yogyakarta
Mau Corat-coret Seragam, 20 Pelajar di Yogyakarta Diciduk Polisi

Mau Corat-coret Seragam, 20 Pelajar di Yogyakarta Diciduk Polisi

Yogyakarta
Pemkab Bantul Keluarkan Tips Memilih Kendaraan untuk 'Study Tour'

Pemkab Bantul Keluarkan Tips Memilih Kendaraan untuk "Study Tour"

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com