Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Brandu, Menyembelih Ternak yang Sakit atau Mati di Gunungkidul

Kompas.com - 05/07/2023, 15:04 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Tradisi brandu atau porak, tradisi mengganti rugi ternak yang mati atau sakit oleh warga Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Tradisi ini sering terjadi ketika ada hewan ternak yang sakit maupun sudah mati dipotong dan dagingnya dijual untuk mengurangi kerugian pemilik ternak.

"Kalau sosialisasi sudah terus menerus kawan-kawan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) sudah dilakukan agar tidak dibrandu intinya sudah berulang, kembali lagi faktor ekonomi, karena biasanya eman-eman (sia-sia)," kata Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto saat ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul Rabu (5/7/2023).

Baca juga: Pemkab Gunungkidul Pastikan Hanya 1 Warga Tewas karena Antraks, Bukan 3

Disinggung upaya memutus rantai brandu, Heri mengaku akan dilakukan kajian. Harapannya tidak ada lagi warga yang mengkonsumsi ternak yang mati ataupun sakit.

"Selain itu kita ada upaya ke depan yang kira-kira nanti bisa meringankan saudara kita yang hewannya sakit, sehingga tidak dikonsumsi. Tapi Kita belum pasti langkahnya, tapi kita harus upayakan karena resikonya tinggi (kalau mengkonsumsi) penyakitnya antraks," kata dia.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengakui tradisi brandu menjadi kendala dalam penanganan antraks di Gunungkidul.

Ternak yang sudah muncul bakteri antraks sebenarnya bisa diberikan obat dan sembuh.

Berbeda jika ternak mati dan langsung disembelih, bakteri akan mudah menjadi spora dan akan berbeda jika langsung dikubur karena spora tidak akan menyebar.

Spora ini bertahan sekitar 40 tahun hingga 80 tahun.

Baca juga: Konsumsi Sapi Mati Positif Antraks, Seorang Warga Gunungkidul Meninggal

Seperti kasus di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu. Kematian ternak pertama itu 18 Mei 2023 lalu dan berturut-turut hingga bulan Juni 2023.

Pihaknya mendapatkan laporan pada 2 Juni 2023 lalu dan melakukan penelusuran.

"Jadi saya enggak nemu bangkai, yang saya periksa yang saya uji kan ke laboratorium itu adalah tanah bekas sembelihan. Dagingnya sudah dimakan," kata Retno.

Dalam penelusuran, dirinya sempat bertanya kepada warga, ternyata tujuan brandu yang sudah dikenalnya sejak lama itu untuk mengurangi kerugian pemilik ternak.

Hewan ternak yang mati, disembelih, dan dijual per paket.

"Kalau saya tanya memang tujuannya baik membantu warga yang kesusahan biar tidak terlampau rugi itu dibagi-bagi, satu paketnya itu Rp 45.000. Dijual. Uangnya dikumpulkan dikasihkan yang kesusahan. Jane itu tujuannya apik. Pas saya di sana bilang kalau mau brandu ya brandu barang sehat gitu. Barang bermutu jadi tidak membahayakan manusia," kata dia.

Dikatakannya, setelah laporan, lokasi penyembelihan pun disiram dengan formalin sebanyak 3 kali sejak 3 Juni 2023.

Sebanyak 77 sapi dan 289 kambing diberi antibiotik dan dua pekan setelahnya atau sekitar tanggal 20 Juni diberikan vaksin.

"Makanya kita coba siram, tidak hanya siram tapi rendam. 1 meter persegi tanah yang terkontaminasi spora direndam dengan 50 liter formalin 10 persen. Banyak sekali kan?" kata Retno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Museum Mini Sisa Hartaku di Yogyakarta: Koleksi, Harga Tiket, dan Jam Buka

Museum Mini Sisa Hartaku di Yogyakarta: Koleksi, Harga Tiket, dan Jam Buka

Yogyakarta
Enggan Komentar soal Pilkada, Pj Walkot Yogyakarta: Saya Sendiko Dawuh

Enggan Komentar soal Pilkada, Pj Walkot Yogyakarta: Saya Sendiko Dawuh

Yogyakarta
Bus Rombongan Halalbihalal Ditabrak Truk di Kulon Progo, Penumpang: Padahal Sejam Lagi Sampai

Bus Rombongan Halalbihalal Ditabrak Truk di Kulon Progo, Penumpang: Padahal Sejam Lagi Sampai

Yogyakarta
Mobil Rumput Adu Banteng dengan 2 Motor, 1 Orang Tewas

Mobil Rumput Adu Banteng dengan 2 Motor, 1 Orang Tewas

Yogyakarta
Pemerintah DIY Pastikan Ganti Penjabat Bupati Kulon Progo dan Wali Kota Yogyakarta

Pemerintah DIY Pastikan Ganti Penjabat Bupati Kulon Progo dan Wali Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Truk Tabrak Bus Rombongan Halalbihalal, 2 Tewas, 10 Luka-luka

Truk Tabrak Bus Rombongan Halalbihalal, 2 Tewas, 10 Luka-luka

Yogyakarta
Anak Amien Rais Ikut Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui DPC PKB Kota Yogyakarta

Anak Amien Rais Ikut Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui DPC PKB Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Polemik UKT di UGM dan Pentingnya Mengawal Kebijakan...

Polemik UKT di UGM dan Pentingnya Mengawal Kebijakan...

Yogyakarta
TPA Regional Piyungan Ditutup, Bantul Klaim Siap Mengelola Sampah

TPA Regional Piyungan Ditutup, Bantul Klaim Siap Mengelola Sampah

Yogyakarta
KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Yogyakarta
Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Yogyakarta
Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting 'Charger' HP

Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting "Charger" HP

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com