Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Tahun Gempa DIY, Warga Bantul: Tidak Mungkin Lupa dari Ingatan

Kompas.com - 26/05/2023, 23:58 WIB
Markus Yuwono,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Sabtu, 27 Mei 2006, sekitar pukul 05.55 WIB, gempa magnitudo 5,9 mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Ribuan orang meninggal dunia, dan ratusan ribu rumah rusak ringan hingga berat. 

Jumlah korban meninggal akibat gempa tersebut mencapai 5.782 orang. Lalu 26.299 korban luka berat dan ringan. Sementara data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, jumlah korban meninggal di wilayah Bantul sebanyak 4.143 orang.

 Baca juga: Gempa M 3,9 Guncang Masohi Maluku Tengah, Warga Panik Berhamburan

Relawan Pramuka Bantul yang juga Warga Kapanewon Pleret, Riza Mardjuki masih mengingat jelas peristiwa 17 tahun silam itu. Dia mengatakan saat sedang mempersiapkan pentas teater di rumah milik temannya bernama Bagio di Kapanewon Sewon, hingga 27 Mei 2006 dini hari.

Sekitar pukul 04.00 WIB dirinya dan temannya baru bisa memejamkan mata. Namun, tak lama kemudian tiba-tiba terdengar suara orang berteriak dan menangis. Waktu itu dirinya langsung keluar kamar dan genting berjatuhan. Dia mengalami luka di kepala karena kejatuhan genting.

Saat sedang menunggu kabar dari keluarga, dia melihat orang berlalu lalang mengevakuasi korban luka. Riza pun langsung ke Kantor PMI Bantul. Ternyata dari halaman kantor PMI Bantul hingga jalan sekitar penuh dengan orang terluka.

Waktu itu orang yang kondisinya masih sadar dianggap hidup diletakkkan di sisi utara. Sementara yang sudah tidak bergerak atau meninggal diletakkan disisi selatan kantor PMI Bantul.

"Luka paling banyak pada bagian kepala, relawan dan medis selalu membawa gunting dan alat cukur untuk mencukur rambut warga," kata Riza.

Sampai tengah hari dirinya baru teringat rumahnya di Dlingo. Waktu itu dirinya masih tinggal bersama keluarga sebelum pindah ke Pleret. Kondisi di Kapanewon Dlingo cukup tenang dan kerusakan tidak begitu parah seperti daerah kota Bantul dan sekitarnya.

Dia mengatakan kesadaran masyarakat terkait gempa sudah lebih baik.

"Saat ini ketika ada gempa sudah tahu apa yang dilakukan. Selain itu bangunan juga sudah dibangun memenuhi standar," kata Riza.

Seorang warga Kapanewon Bambanglipuro, Evi Hariyanti menceritakan, saat gempa 2006 lalu, dirinya sedang mengandung dan mendekati hari kelahiran. Rumahnya roboh diguncang gempa. Bangunan yang tersisa hanya rumah bekas kandang sapi. 

Sehari setelah gempa bumi, dirinya harus dilarikan ke rumah sakit karena tanda-tanda kelahiran anak pertamanya sudah terasa. Evi diantar ke rumah sakit khusus ibu dan anak. Namun, di sana ternyata untuk merawat korban gempa juga.

Akhirnya pada tanggal 29 Mei 2006 lahir anak pertamanya berjenis kelamin perempuan dengan selamat. Dia mengaku tak akan melupakan peristiwa itu.

"Tidak mungkin lupa dari ingatan. Trauma ya masih ada sedikit," kata dia.

Baca juga: Gempa M 6,2 Guncang Maluku Barat Daya, Belum Ada Laporan Kerusakan

Gempa saat itu berpusat di Padukuhan Potrobayan RT 003, Kalurahan Srihardono, Kapanewon Pundong, Kabupaten Bantul. Saat ini berdiri monumen untuk mengenang gempa tersebut. 

Halaman:


Terkini Lainnya

Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Yogyakarta
Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Yogyakarta
Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Yogyakarta
Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Yogyakarta
May Day 2024, Buruh Perempuan di Jateng Tuntut Perlindungan dari Negara

May Day 2024, Buruh Perempuan di Jateng Tuntut Perlindungan dari Negara

Yogyakarta
Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan

Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan

Yogyakarta
'May Day', Buruh di Yogyakarta Tuntut Perumahan Murah, Subsidi Transportasi, dan soal Pendidikan

"May Day", Buruh di Yogyakarta Tuntut Perumahan Murah, Subsidi Transportasi, dan soal Pendidikan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Kronologi Demo Warga di Pendapa Bupati Banjarnegara Ricuh, 12 Orang Luka-luka

Kronologi Demo Warga di Pendapa Bupati Banjarnegara Ricuh, 12 Orang Luka-luka

Yogyakarta
Buka Pendaftaran Pilkada, Demokrat Gunungkidul Ingin Ada Calon Perempuan

Buka Pendaftaran Pilkada, Demokrat Gunungkidul Ingin Ada Calon Perempuan

Yogyakarta
Arti 3 Semboyan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Trilogi yang Dicetuskan Bapak Pendidikan Indonesia

Arti 3 Semboyan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Trilogi yang Dicetuskan Bapak Pendidikan Indonesia

Yogyakarta
Soal Langkah Setelah Pilpres, Mahfud MD: Ya Kita Lihat, Semua Perkembangan Kan Dinamis

Soal Langkah Setelah Pilpres, Mahfud MD: Ya Kita Lihat, Semua Perkembangan Kan Dinamis

Yogyakarta
Soal Tewasnya Brigadir RAT, Mahfud MD: Informasi yang Bisa Dibuka ke Publik Jangan Ditutupi

Soal Tewasnya Brigadir RAT, Mahfud MD: Informasi yang Bisa Dibuka ke Publik Jangan Ditutupi

Yogyakarta
Cerita Perjalanan Karier, Mahfud MD: Ikut Pilpres Kalah, Ya Sudah 'Move On'

Cerita Perjalanan Karier, Mahfud MD: Ikut Pilpres Kalah, Ya Sudah "Move On"

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com