YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Sabtu, 27 Mei 2006, sekitar pukul 05.55 WIB, gempa magnitudo 5,9 mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Ribuan orang meninggal dunia, dan ratusan ribu rumah rusak ringan hingga berat.
Jumlah korban meninggal akibat gempa tersebut mencapai 5.782 orang. Lalu 26.299 korban luka berat dan ringan. Sementara data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, jumlah korban meninggal di wilayah Bantul sebanyak 4.143 orang.
Baca juga: Gempa M 3,9 Guncang Masohi Maluku Tengah, Warga Panik Berhamburan
Relawan Pramuka Bantul yang juga Warga Kapanewon Pleret, Riza Mardjuki masih mengingat jelas peristiwa 17 tahun silam itu. Dia mengatakan saat sedang mempersiapkan pentas teater di rumah milik temannya bernama Bagio di Kapanewon Sewon, hingga 27 Mei 2006 dini hari.
Sekitar pukul 04.00 WIB dirinya dan temannya baru bisa memejamkan mata. Namun, tak lama kemudian tiba-tiba terdengar suara orang berteriak dan menangis. Waktu itu dirinya langsung keluar kamar dan genting berjatuhan. Dia mengalami luka di kepala karena kejatuhan genting.
Saat sedang menunggu kabar dari keluarga, dia melihat orang berlalu lalang mengevakuasi korban luka. Riza pun langsung ke Kantor PMI Bantul. Ternyata dari halaman kantor PMI Bantul hingga jalan sekitar penuh dengan orang terluka.
Waktu itu orang yang kondisinya masih sadar dianggap hidup diletakkkan di sisi utara. Sementara yang sudah tidak bergerak atau meninggal diletakkan disisi selatan kantor PMI Bantul.
"Luka paling banyak pada bagian kepala, relawan dan medis selalu membawa gunting dan alat cukur untuk mencukur rambut warga," kata Riza.
Sampai tengah hari dirinya baru teringat rumahnya di Dlingo. Waktu itu dirinya masih tinggal bersama keluarga sebelum pindah ke Pleret. Kondisi di Kapanewon Dlingo cukup tenang dan kerusakan tidak begitu parah seperti daerah kota Bantul dan sekitarnya.
Dia mengatakan kesadaran masyarakat terkait gempa sudah lebih baik.
"Saat ini ketika ada gempa sudah tahu apa yang dilakukan. Selain itu bangunan juga sudah dibangun memenuhi standar," kata Riza.
Seorang warga Kapanewon Bambanglipuro, Evi Hariyanti menceritakan, saat gempa 2006 lalu, dirinya sedang mengandung dan mendekati hari kelahiran. Rumahnya roboh diguncang gempa. Bangunan yang tersisa hanya rumah bekas kandang sapi.
Sehari setelah gempa bumi, dirinya harus dilarikan ke rumah sakit karena tanda-tanda kelahiran anak pertamanya sudah terasa. Evi diantar ke rumah sakit khusus ibu dan anak. Namun, di sana ternyata untuk merawat korban gempa juga.
Akhirnya pada tanggal 29 Mei 2006 lahir anak pertamanya berjenis kelamin perempuan dengan selamat. Dia mengaku tak akan melupakan peristiwa itu.
"Tidak mungkin lupa dari ingatan. Trauma ya masih ada sedikit," kata dia.
Baca juga: Gempa M 6,2 Guncang Maluku Barat Daya, Belum Ada Laporan Kerusakan
Gempa saat itu berpusat di Padukuhan Potrobayan RT 003, Kalurahan Srihardono, Kapanewon Pundong, Kabupaten Bantul. Saat ini berdiri monumen untuk mengenang gempa tersebut.