Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Paes Ageng, Riasan Pengantin Khas Putri Keraton Yogyakarta

Kompas.com, 10 Desember 2022, 13:28 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Dalam sebuah acara pernikahan terutama dalam adat Jawa, riasan pengantin menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian.

Terlebih gaya riasan pengantin adat Jawa memiliki aturan tersendiri karena terkait dengan berbagai simbol dari falsafah hidup yang bernilai tinggi.

Baca juga: Erina Gudono dengan Riasan Paes Ageng Menumpang Kereta Kencana Menuju Pendopo Agung Royal Ambarrukmo

Salah satu ciri khas riasan pengantin adat Jawa ada pada paes atau riasan khas pada bagian dahi yang digunakan pengantin wanita.

Baca juga: Kaesang dan Erina Gunakan Paes Ageng seperti Putri-putri Hamengku Buwono Saat Menikah

Dikutip dari laman indonesia.go.id, paes atau pepaes memiliki arti membuat indah atau rerenggan pada bagian dahi pengantin wanita.

Riasan ini pada awalnya hanya meliputi kecantikan wajah, termasuk membersihkan rambut halus di dahi, mempercantik alis, mata, dan sebagainya.

Baca juga: Erina Memilih Satu dari 2 Paes di Hari Pernikahannya

Namun seiring berjalannya waktu, paes juga dimaknai sebagai kegiatan merias diri, yang dalam bahasa Jawa disebut ngrengga badan.

Sehingga terkadang paes juga dimaknai sebagai riasan lengkap yang meliputi seluruh badan dan tidak hanya wajah ataupun rambut.

Di Keraton Yogyakarta sendiri terdapat beberapa jenis tata rias pengantin yang hingga kini masih terus dilestarikan, di antaranya adalah Paes Ageng.

Paes Ageng merupakan tata rias yang digunakan oleh keluarga Keraton Yogyakarta saat melangsungkan pernikahan.

Riasan pengantin dengan gaya Paes Ageng semula hanya boleh digunakan oleh keluarga kerajaan di lingkungan keraton. Namun seiring berjalannya waktu, riasan ini boleh dipakai oleh masyarakat umum.

Erina Gudono mengenakan Paes Ageng dalam momen pernikahannya dengan Kaesang Pangarep.Tangkapan Layar Kompas TV Erina Gudono mengenakan Paes Ageng dalam momen pernikahannya dengan Kaesang Pangarep.

Pola rias atau cengkorongan paes dapat diamati mulai dari bagian tengah yaitu bentuk penunggul atau gajahan, pengapit, penitis, dan godheg.

Paes Ageng dengan gaya Keraton Yogyakarta identik dengan riasan berwarna hitam dengan bentuk meruncing serta sedikit melengkung seperti daun sirih.

Sementara paes daerah lain seperti gaya Keraton Surakarta biasanya memiliki paes lebih lebar dengan ujung berbentuk oval.

Perbedaan lainnya terletak pada penggunaan prada atau serbuk emas di bagian tepi paes pada beberapa jenis riasan Paes Ageng seperti Paes Ageng Jangan Menir dan Paes Ageng Kanigaran.

Sementara dilansir dari laman Tribunmataraman.com, pada riasan paes ageng yang sesuai aturan atau pakem, maka bentuk alis pengantin akan dibuat menyerupai tanduk rusa di bagian ujungnya yang disebut alis menjangan.

Selain alis, ada juga riasan mata yang diberi celah-celah disebut jahitan mata yang berfungsi agar mata tampak indah dan memberi kesan redup.

Sebagai pelengkap, biasanya paes akan dilengkapi dengan sanggul bokor mengkurep, gajah ngoling sumping pupus ron kates, raja keputres, serta kampuh atau dodot.

Sumber:
ndonesia.go.id  
mataraman.tribunnews.com 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau