Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisatawan Ditipu Tukang Becak, Pemda DIY: Mencoreng Pariwisata Yogyakarta

Kompas.com, 21 Maret 2022, 19:07 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Wajah pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali tercoreng. Pasalnya, rombongan wisatawan yang hendak pergi ke Malioboro justru diantarkan ke lokasi oleh-oleh dengan harga mahal oleh oknum tukang becak.

Video keluhan soal oknum tukang becak ini diunggah oleh akun Tiktok perfectstranger99 mendapatkan sebanyak 6037 komentar, disukai oleh 173 ribu, dan telah dibagikan sebanyak 1830 kali.

Dalam video tersebut, seorang perempuan menceritakan pengalaman tidak mengenakan selama berwisata di Kota Yogyakarta.

Baca juga: Cabuli 4 Orang Tetangganya, Tukang Becak di Tuban Ditangkap Polisi

"Di sini aku share pengalaman aku selama di Jogja. Seputar penipuan karena hampir semua teman-teman aku ditipu sama bapak tukang becak," ujar wanita dalam video tersebut.

Lanjutnya dalam wisata di Yogyakarta, Malioboro menjadi destinasi terakhir bersama rombongan. Dengan turun di sekitar titik nol Kota Yogyakarta. Kemudian, dia bertemu dengan tukang becak yang menawarkan jasanya Rp 10.000.

Dinilai murah dia bersama rekan-rekannya lalu menggunakan jasa tukang becak tersebut dalam perjalanan mereka ditanya oleh tukang becak tujuan ke Malioboro apa.

Saat mengetahui rombongan akan belanja di Malioboro, tukang becak berinisiatif untuk menawarkan lokasi yang lebih murah dibandingkan dengan Malioboro, tukang becak  menawarkan kepada rombongan untuk ke home industri pembuatan bakpia.

Tetapi kenyataannya wisatawan itu justru diantar ke toko oleh-oleh yang harganya mahal. Saat diminta mengantar ke Malioboro, kata dia, sopir becak tersebut menyampaikan bahwa Malioboro sudah tutup.

"Terpaksa belanja di sana, tetapi saya tidak dapat barang apapun yang murah. Justru itu mahal banget harganya dua kali lipat dibanding Malioboro, harga bakpia satu kotak di situ antara Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu," katanya.

Baca juga: Kades Mengaku Polisi, Peras Sopir hingga Tukang Becak, Korban Dituduh Langgar Hukum

"Kami minta antar ke Malioboro malah dijawab 'Mbak Malioboro sudah tutup, pindah, enggak ada sskarang Malioboro di Yogyakarta'. Kami minta ke Pasar Beringharjo juga sudah tutup," katanya.

Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Singgih Raharjo mengatakan, adanya oknum becak yang dirasa menipu ini mencoreng citra pariwisata Kota Gudeg.

"Becak (oknum) itu kan pasti membuat citra kurang baik, perilaku seperti itu tidak mencerminkan budaya Yogyakarta. Saya harap ini diperbaiki dan oknum-oknum melakukan serupa dihentikan," katanya.

Perbuatan oknum tukang becak yang menipu tersebut menurut Singgih bertolak belakanh dengan budaya Yogyakarta yang menjunjung sopan santun, memberikan layanan terbaik bagi wisatawan.

Baca juga: Bawa Borgol, Kades di Nganjuk Mengaku Polisi, Peras Warga hingga Tukang Becak

"Kalau memang itu perlu pembinaan ya seluruh OPD terkait saya kira kita harus punya komitmen sama. Sektor pariwisata adalah sektor yang sensitif, jadi harus betul kita jaga agar wisatawan aman dan nyaman," katanya.

Ia berharap para tukang becak dan siapapun yang bekerja bersinggungan dengan sektor wisata dapat memberikan pelayanan terbaik. Dengan memberikan pelayanan terbaik dapat memberikan kesan kepada wisatawan.

"Wisatawan merasa pelayanan bagus bisa saja malah ditambah tip bisa saja seperti itu tapinkalau melayani tidak baik, kata-kata juga menyinggung wisatawan, tidak memberikan informasi benar itu justru jadi bumerang," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau